RINGKASAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI PECAHAN KELAS VII
SMP NEGERI 4 SALAHUTU KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Penyelesaian
Studi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon
Disusun
oleh:
NURHAYA
LESTALUHU
2008 12 188
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DARUSSALAM AMBON
2013
ABSTRAK
Nurhaya Lestaluhu (200812118). 2013. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match
Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Pembimbing I: Bapak Drs. Hasan
Umarella, M.Pd dan Pembimbing II: Ibu Tri Siwi Nasrulyati, S.T, MSi
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana Penerapan Model Make A Match Tehadap Hasil
Belajar Siswa Materi Pecahan Siswa Kelas
VII SMP Negeri 4 Salahutu?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Penerapan Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pecahan Kelas
VII SMP Negeri 4 Salahutu.
Tipe penelitian yang
digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan obyek
penelitian yang berjumlah 20 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu hasil belajar Materi
pecahan dengan menggunakan model Make A Match. Pengumpulan data dilakukan
dengan instrument tes dan lembaran observasi, sedangkan untuk menganalisa data
dalam penelitian ini digunakan analisis statistik deskriptif.
Penelitian yang
dilakukan terhitung mulai tanggal 8 mei 2013 sampai dengan 21 mei 2013 Dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif dan berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model Make A Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek psikomotor, khususnya pada tes akhir belajar 20 siswa,
siswa mencapai nilai KKM dengan kualifikasi baik sekali 8 siswa (40%),
kualifikasi baik diperoleh oleh 10 siswa (50%), dan kualifikasi kurang 2 siswa
(10%) di banding dengan tes awal siswa yang hanya mencapai nilai KKM 4 siswa
(20%).
Kata Kunci : Pecahan,
Model Make A Match, Hasil Belajar
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
LEMBARAN
PENGESAHAN.................................................................... 2
ABSTRAK...................................................................................................... .... 3
DAFTAR
ISI.................................................................................................. 4
Bab I Pendahuluan..................................................................................... 5
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................. 7
Bab
III Metode Penelitian .................................................................................. 10
Bab IV Hasil dan Penelitian ............................................................................. 12
Bab V Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................ 15
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kenyataan bahwa sektor
pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa,
membuat pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkret menuju tahap
operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah merupakan pelajaran yang
bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk
mengajarkan matematika agar siswa lebih mudah memahami konsep yang terkandung
dalam setiap materi yang dipelajari. Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan
yang dihadapi siswa dalam belajar matematika, khususnya materi pecahan. Hal ini
disebabkan karena banyaknya faktor–faktor tertentu, seperti anggapan bahwa
pembelajaran matematika sulit dan kurang diperhatikannya ketrampilan proses
selama pembelajaran matematika berlangsung, kondisi fisik siswa, kondisi
psikis. Sehingga hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika.
Hal ini terbukti dari hasil
observasi dan penuturan salah seorang guru matematika pada SMP Negeri 4
Salahutu khususnya pada mata pelajaran matematika (pecahan) kelas VII, dimana
selama proses pembelajaran, guru lebih aktif dan lebih menguasai jalannya
pembelajaran. Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan mencatat apa yang
diberikan guru tanpa berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang
dipelajarinya, dan guru menerangkan dan memberikan soal di papan tulis dan
meminta siswa maju menyelesaikan soal di papan tulis.
Kondisi seperti ini membuat siswa pasif dan
malas karena terlalu mengharapkan guru dari pada berusaha sendiri dan pada
akhirnya sifat malas dan pasif siswa ini akan turut mempengaruhi hasil
belajarnya, salah satunya banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) pada pelajaran matematika khususnya konsep pecahan, dimana KKM
yang ada pada SMP Negeri 4 Salahutu yakni 65.
Salah satu strategi pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran
model Make a Match. Model ini memberikan tekanan pada aktivitas siswa dalam
mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana
yang menyenangkan(Curran,2011:135). Model make a match ini sangat cocok
diterapkan pada konsep pecahan karena untuk memahami konsep pecahan siswa
membutuhkan suatu proses pengkajian ide-ide dan pengkontruksian, dan model make
a match ini sendiri memiliki fase-fase yang bisa membantu siswa untuk memahami
konsep pecahan tersebut.
Dari uraian di atas, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar Materi
Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Model
Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Kelas VII SMP
Negeri 4 Salahutu ?
1.3 Tujuan
Penelitian
untuk mengetahui penerapan
model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4
Salahutu.
1. 4 Manfaat
Penelitiandapun manf
1. Manfaat untuk guru, yaitu diharapkan penggunaan
pembelajaran model Make a Match ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan
motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar khususnya untuk mengkaji mata
pelajaran matematika.
2. Manfaat untuk siswa, yaitu diharapkan siswa lebih
memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat
mencapai ketuntasan belajar.
3. Manfaat untuk sekolah, yaitu diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui peningkatan partisipasi
dan motivasi siswa.
4. Manfaat bagi peneliti lain yaitu diharapkan dapat
menambahkan wawasan ilmiah dan pengetahuan peneliti lain sebagai bekal menjadi
calon guru matematika yang kreatif dan inovatif.
1. 5 Batasan
Masalah
Yang menjadi batasan masalah dari penelitian ini adalah
konsep pecahan yang terdiri dari
pengertian pecahan, operasi pada pecahan yakni penjumlahan pecahan dan
pengurangan pecahan.
1. 6 Penjelasan
Istilah
1. Model Make a Match adalah suatu model pembelajaran
mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau
topic tertentu dalam suasana yang menyenangkan (Curran, 2011:135).
2.
Pecahan adalah
sebagian dari sesuatu yang utuh.
Bab II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
2.1.1Pengertian
Belajar
Belajar merupakan aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman , belajar dapat membawa
perubahan-perubahan bagi perubahan-perubahan tersebut, tentunya sipelaku juga
akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (Baharudin &Wahyuni, 2010:12)
Thursan (2000:1) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut di tempatkan dalam bentuk peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
lain-lain.
Maka demikian belajar adalah
suatu proses yang di lakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Menurut Benny (2009:6) Belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
2.1.2Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu upaya
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Degeng dalam
Ratumanan (2004:3). Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara eksplisit terlihat bahwa pembelajaran adalah kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mncapai hasil yang diinginkan.
2.2 Hasil Belajar
1. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar
intelektual. Menurut Bloom (Ratumanan 2004:5-7) ranah kognitif terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analilsis, dan evaluasi.
a.
Pengetahuan meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari,
dan tersimpan dalam ingatan.
b.
Pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang
dipelajari.
c.
Penerapan meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi
masalah yang nyata dan baru misalnya dalam menggunakan suatu rumus atau suatu
teorema dalam menyelesaikan sesuatu masalah.
d.
Analisis meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e.
Sintesis meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan
unsur-unsur yang kecil.
f.
Evaluasi meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau
beberapa hal, dan pertanggung jawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah afektif
a. Penerimaan yakni sentivitas terhadap keberadaan fenomena
yang meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu kesediaan untuk memperhatikan
hal tersebut, misalnya kesadaran siswa akan adanya perbedaan individu dalam
kelas, dan siswa mampu menerima perbedaan tersebut.
b. Pemberian respon yakni kemampuan memberikan respon secara
aktif terhadap fenomena.
c. Penilaian atau penentuan sikap yakni kemampuan untuk
dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian
tertentu.
d. Organisasi yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara
nilai-nilai.
e.
Karakteristis yakni kemampuan yang mengacu pada karakter, dan daya hidup
seorang.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor meliputi
keterampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi euromuscular
(menghubungkan, mengamati) tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada
afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian pembelajaran di
sekolah.
2.3 Model Pembelajaran Make A Match
ModelMake A
Match artinya mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu
konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut (curran,1994) madel make a match (mencari pasangan) mempunyai langkah-langkah dalam
pembelajaran adalah sebagai berik:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (kartu soal dengan kartu jawabannya.)
4. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas
waktu, diberi poin.
5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Kelebihan model
pembelajaran make a match menurut
Dwitantara (2011) antara lain:
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
2. Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
4. Dapat meningkattkan motivasi belajar siswa, terutama
jika;
5. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk
tampil presentase.
6. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
Adapun kekurangan
model pembelajaran make a match
menurutDwitantara antara lain:
1. Jika guru tidak merangsangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang.
2. Pada awal-awal penerapan model ini, banyak siswa yang
malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat
presentasi banyak siswa yang kurang perhatikan.
4.
Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang
tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5. Menggunakan model ini terus menerus akan menimbulkan
kebosanan.
2.4Ruang Lingkup
Materi : Pecahan
2.4.1
Pengertian Pecahan
2.4.2 Operasi Pada
Pecahan
2.4.2.1Penjumlahan Pecahan
2.4.2.2.Pengurangan
Pecahan
2.5 Kerangka Pikir
Model
pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada umumnya kurang
memberikan perhatian pada aktivitas siswa. Guru selalu mendominasi kegiatan
pembelajaran di kelas sebaliknya siswa lebih banyak pasif dalam menunggu proses
transformasi pengetahuan dari guru. Hal ini mengakibatkan siswa cepat bosan,
malas, dan tidak berani mengemukakan pendapat dan lebih banyak diam. Kondisi
seperti ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal dan menimbulkanh persepsi
negatif tehadap mata pelajaran matematika.
Model
pembelajaran make A match artinya
mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau
topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Perbedaan
mendasar antara model pembelajaran make A
matchdengan pembelajaran konvensional adalah siswa lebih aktif karena
diharuskan mencari teman yang sesuai dan merupakan pasangan pertanyaan dan
jawaban yang tepat, sedangkan guru hanya memberikan garis-garis besar dari
materi yang akan diajarkan setelah itu siswa yang berperan aktif memecahkan
atau mencari tugas yang diberikan oleh guru.
Bab III
Metode Penelitian
3.1 Tipe
Penelitian
Tipe
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,yaitu penelitian yang digunakan untuk mendiskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu
fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini ( Arifin, 2011:54).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada SMP Negeri 4 Salahutu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 8 Mei 2013 sampai dengan 21 Mei 2013.
3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 4 Salahutu yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 56 siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah
sampel populasi (Sampel total), karena semua anggota dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian(Sukardi, 2003:67),
dan karena peneliti menganggap kemampuan
atau
pemahaman siswa dalam dua kelas sama, sehingga dari dua kelas yang ada diambil secara acak, dan yang terambil sebagai sampel adalah kelas VII1 dengan jumlah 20 siswa.
3.4 Variabel
Penelitian
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu hasil belajar materi pecahan.
3.5
Instrumen Penelitian
1.
Lembaran Tes Pecahan dengan menggunakan model Make a Match.
a.
Tes awal, yakni tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan
kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau
bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh peserta didik
b.
Tes akhir, yakni tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan
tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh peserta didik.
2.
Lembaran observasi
Teknik observasi menggunakan lembar pengamatan
ketrampilan proses siswa untuk mengamati kegiatan siswa yang diharapkan muncul
dalam pembelajaran matematika dengan model Make a Match.
3.6
Teknik Penjaringan Data
1.
Tes awal, tes yang dilakukan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada
siswa.
2.
Tes akhir, tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung.
3.
Lembaran observasi, digunakan untuk mengamati keterampilan siswa pada saat
pembelajaran dimulai
sampai selesai.
3.7
Teknik Analisis Data
1.
Analisis Statistik Deskriptif
Nilai =
x
100
Tabel 3.1 Tingkat Nilaidan
Predikat Penguasaan Siswa
Nilai Angka
|
Nilai Huruf
|
Predikat
|
80 ke atas
|
A
|
Baik Sekali
|
66 – 79
|
B
|
Baik
|
56 – 65
|
C
|
Cukup
|
46 – 55
|
D
|
Kurang
|
45 ke bawah
|
E
|
Gagal
|
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) Siswa
|
Keterangan
|
≥65
<65
|
Tuntas
Belum tuntas
|
Sumber: SMP Negeri 4 Salahutu
2. Menentukan Nilai Rata- rata
Untuk menentukan nilai rata-rata hasil belajar matematika
sebelum dan setelah menggunakan pembelajaran model Make a Match diperoleh
dengan rumus :
Sudijono (2010:81)
Mx=
|
Keterangan
:
Mx = Mean yang kita
cari
Jumlah dari skor-skor yang ada
N = Banyaknya skor-skor yang ada
3.
Menentukan distribusi persentase
P =
x 100%
P
=
x 100%
|
(Sudijono, 2010:43)
Keterangan : P = Angka persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari
persentasinya
N = Jumlah
individu / frekuensi
3.8. Indkator Keberhasilan
1. Apabila kinerja mencapai hasil belajar individu dan
secara klasikal ≥ 65% siswa telah mencapai ketuntasan belajar individu. Dengan
demikian siswa dianggap ketuntasa belajar individu. Dengan demikian siswa
dianggap ketuntasan belajarnya meningkat dan kompetensi dasar yang di inginkan
tercapai serta performance guru dalam proses pembelajaran meningkat.
2. Apabila secara klasikal ≥65% siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Apabila secara klasikal ≥65% siswa senang dengan kegiatan
pembelajaran.
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi ke
sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jadwal mata pelajaran serta
memperoleh informasi tentang kemampuan hasil belajar siswa. Berikut ini
disajikan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 4
Salahutu siswa kelas VII pada materi pecahan yang menerapkan model Make A Match.
4.1.1 Deskripsi
Hasil Test Awal (pre-test)
Tes awal, yakni tes yang dilaksanakan
sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai
oleh peserta didik (Sudijono,2009:69).
Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi dan Persentase Tes
Kemampuan Awal Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu
Tingkat Penguasaan
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
Kualifikasi
|
Keterangan
|
80 ke atas
|
3
|
20 %
|
Baik Sekali
|
Tuntas
|
66 - 79
|
1
|
0%
|
Baik
|
Tuntas
|
56 - 65
|
-
|
10%
|
Cukup
|
Belum
Tuntas
|
46 - 55
|
3
|
5%
|
Kurang
|
Belum Tuntas
|
45 ke bawah
|
13
|
65%
|
Gagal
|
Belum Tuntas
|
jumlah
|
20
|
100
|
|
|
Sumber:
Olahan data 2013
4.1.2 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Setelah
Penerapan Model Make A Match
a. Kemampuan Kognitif Siswa
Data
hasil kognitif siswa dapat dilihat melalui tes formatif di akhir pembelajaran
dengan satu indikator yaitu Menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan pecahan.
b. Kemampuan Afektif Siswa
Tabel 4.2Distribusi
Frekuensi dan Persentase Tes Kemampuan Afektif Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu
Pertemuan
|
Aspek
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
I
|
A.
Kehadiran di kelas.
B. Kerjasama dalam kelompok.
C. Menghargai pendapat teman.
D. Sopan dalam mengajukan pertanyaan
|
20
9
7
4
|
-
6
9
15
|
-
5
4
1
|
-
-
-
-
|
100%
45%
35%
20%
|
-
30%
45%
75%
|
-
25%
20%
5%
|
-
-
-
-
|
c.Kemampuan Psikomotor Siswa
Data
kemampuan psikomotor siswa yang dinilai selama proses pembelajaran ditunjukan
pada Tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi
Frekuensi dan Persentase Kemampuan Psikomotor Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu
Pertemuan
|
Aspek
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
I
|
A. Kemampuan siswa dalam menjelaskan/presentase
kepada temannya.
B. Ketepatan siswa dalam mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sama.
C. Kecakapan siswa dalam bertanya kepada guru.
|
-
8
9
|
14
9
8
|
6
3
3
|
-
-
-
|
-
40%
45%
|
70%
45%
40%
|
30%
15%
15%
|
-
-
-
|
Sumber:
Olahan data 2013
4.1.3
Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa dari
Hasil Tes Akhir
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Hasil Tes
Kemampuan Akhir Siswa Pada Materi Pecahan
Tingkat
Penguasaan
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
Kualifikasi
|
Keterangan
|
80 ke atas
|
8
|
40
%
|
Baik Sekali
|
Tuntas
|
66 - 79
|
10
|
50%
|
Baik
|
Tuntas
|
56 - 65
|
-
|
-
|
Cukup
|
Belum
Tuntas
|
46 - 55
|
2
|
10%
|
Kurang
|
Belum Tuntas
|
45 ke bawah
|
-
|
-
|
Gagal
|
Belum Tuntas
|
jumlah
|
20
|
100
|
|
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil tes kemampuan awal siswa (pre-test)
a.
Untuk mengetahui kemampuan awal
siswa mengenai konsep pecahan yang akan diajarkan.
b.
Untuk membentuk suatu kelompok
kerja siswa yang akan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi,
sedang dan rendah.
4.2.2 Deskripsi Hasil Belajar Setelah
Penerapan Pembelajaran Model Make A Match
a.
Aspek kognitif
Aspek
kognitif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu tes formatif yang diberikan
setelah penerapan model Make A Match dan didukung
juga dari hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdiri dari satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran yaituMenentukan
hasil penjumlahan, pengurangan pecahan.
Di mana pada fase awal yakni guru memberikan kartu pada siswa yang terdiri atas jawaban
dan soal, kemudian guru memberikan penjelasan, setelah itu siswa diberikan
kesempatan untuk berusaha
menyelesaikan soal dan mencari pasangan berupa jawaban dari kartu tersebut atau sebaliknya.
Diharapkan setelah belajar akan
terjadi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memahami menjadi memahami, dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat
melakukan sesuatu, dari tidak terampil menjadi terampil, demikian pula dalam
hal sikap (aspek afektif), hasil belajar yang berupa perubahan positif dalam diri siswa dapat membangun sikap yang positif terhadap sesuatu.
b. Aspek
afektif
Dalam proses
pembelajaran ada beberapa siswa yang kurang antusias merespon aspek-aspek yang
dinilai, hal ini terjadi karena kepribadian siswa yang merasa acuh. Aspek ini
berorientasi seperti faktor emosional yang menunjukan penerimaan dan penolakan
terhadap sesuatu.
c. Aspek
psikomotor
Aspek psikomotor
dalam penelitian ini yang diteliti mencakupkemampuan siswa dalam
menjelaskan/presentase kepada temannya, Ketepatan
siswa dalam mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sesuai. Dan kecakapan dalam
bertanya kepada guru..
Hal ini menunjukan bahwa selama pembagian LKS untuk diskusi kelompok, sebagian
besar siswa dalam menyelesaikan soal pada LKS tidak tepat dengan waktu 15 menit
yang diberikan, kurangnya keseriusan kerjasama dalam kelompok dan cenderung
tidak mau bekerja sama, sedangkan pada pertemuan kedua, sebagian siswa telah
mampu menerapkan aspek-aspek psikomotorik dengan baik, hal ini disebabkan
karena penguasaan materi yang baik dari pertemuan pertama sehingga siswa mampu
menjelaskan dan menjawab pertanyaan dengan benar, walaupun masih ada sebagian
kelompok yang kurang tepat menyelesaikan soal pada LKS dengan waktu 15 menit
dan menjawab pertanyaan dengan benar. Seperti
yang terlihat pada lampiran 17 (halaman 55).
Hasil
ketrampilan psikomotor siswa ini dapat bervariasi disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kecerdasan yakni dalam menangkap pelajaran, ingatan baik,
berfikir logis, kosentrasi baik dan sebagainya.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Hasil
belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor yang cukup baik,
khususnya pada tes akhir belajar. Dari 20 siswa, yang mencapai nilai KKM 100% dengan kualifikasi baik sekali 8
siswa (40%),
kualifikasi baik diperoleh oleh 10 siswa (50%),
dan kualifikasi kurang2 siswa (10%) adalah sangat
meningkat dibandingkan dengan tes awal siswa yang hanya mencapai nilai KKM 4
siswa (20%).
5.2 Saran
1.
Bagi pendidik
Agar guru
melakukan variasi dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi
pelajaran untuk menghilangkan kejenuhan dan ketergantungan siswa pada model
tertentu. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bias diterapkan adalah
model Make A Match.
2.
Bagi peneliti lain
Penggunaan model
Make A Match pada materi konsep pecahan sudah
berhasil, maka penulis menyarankan pada peneliti lain untuk mengadakan
penelitian dengan model Make A Match pada materi
yang lain guna memperoleh hasil yang baik.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Baharudin, dan Wahyuni Nur Esa, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran
Jogjakarta: Ar-Ruuz Media
Benny. A, 2009. Model
Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT Dian Rakyat.
Cholik A. M, dkk, 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangg
Lorna, curran, 1994. Model-model pembelajaran. Edisi
kedua. Asmani, J, M. DIVA press. Yogyakarta
Purwanto, 2009. Evaluasi
Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratumanan, Gerson, Tanwey, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Riyanto, Yatim, H, 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana
Prenana Media Group.
Slameto,2003, Strategi
belajar mengajar, bandung, pustaka: setia.
Sudijono, Anas, 2009. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudijono, Anas, 2010. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukardi, 2003. Metodologi
Penelitian Pendidikan ( Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Thursan Hakim, 2000, Strategi
belar mengajar, bandung: pustaka setia.
Hamdan, (2012). Kelebihan
dan kekurangan model make a match. www.wordpres.com.
Diakses pada tanggal 30 april 2013.
Zainal, Arifin, 2011. Penelitian
Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar