Senin, 24 November 2014

Ringkasan Skripsi- Ayah



 






RINGKASAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 4 SALAHUTU KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Penyelesaian Studi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon



Disusun oleh:

NURHAYA LESTALUHU
2008 12 188






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2013
 








































ABSTRAK


Nurhaya Lestaluhu (200812118). 2013. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Pembimbing I: Bapak Drs. Hasan Umarella, M.Pd dan Pembimbing II: Ibu Tri Siwi Nasrulyati, S.T, MSi

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Penerapan Model Make A Match Tehadap Hasil Belajar Siswa Materi Pecahan  Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan obyek penelitian yang berjumlah 20 siswa. Variabel dalam penelitian ini adalah  variabel tunggal yaitu hasil belajar Materi pecahan dengan menggunakan model Make A Match. Pengumpulan data dilakukan dengan instrument tes dan lembaran observasi, sedangkan untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan analisis statistik deskriptif.
Penelitian yang dilakukan terhitung mulai tanggal 8 mei 2013 sampai dengan 21 mei 2013 Dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor, khususnya pada tes akhir belajar 20 siswa, siswa mencapai nilai KKM dengan kualifikasi baik sekali 8 siswa (40%), kualifikasi baik diperoleh oleh 10 siswa (50%), dan kualifikasi kurang 2 siswa (10%) di banding dengan tes awal siswa yang hanya mencapai nilai KKM 4 siswa (20%).

Kata Kunci : Pecahan, Model Make A Match, Hasil Belajar

Daftar Isi
                                                            Halaman

HALAMAN  JUDUL.....................................................................................        1
LEMBARAN PENGESAHAN....................................................................        2
ABSTRAK...................................................................................................... ....   3
DAFTAR ISI..................................................................................................        4
Bab I     Pendahuluan.....................................................................................        5
Bab II  Tinjauan Pustaka..............................................................................        7
Bab III Metode Penelitian .................................................................................. 10
Bab IV  Hasil dan Penelitian ............................................................................. 12
Bab V  Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................      15



























Bab I
Pendahuluan


1.1  Latar Belakang

Kenyataan bahwa sektor pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, membuat pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal. Pelajaran matematika di sekolah merupakan pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan matematika agar siswa lebih mudah memahami konsep yang terkandung dalam setiap materi yang dipelajari. Karena sampai saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika, khususnya materi pecahan. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor–faktor tertentu, seperti anggapan bahwa pembelajaran matematika sulit dan kurang diperhatikannya ketrampilan proses selama pembelajaran matematika berlangsung, kondisi fisik siswa, kondisi psikis. Sehingga hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.
Hal ini terbukti dari hasil observasi dan penuturan salah seorang guru matematika pada SMP Negeri 4 Salahutu khususnya pada mata pelajaran matematika (pecahan) kelas VII, dimana selama proses pembelajaran, guru lebih aktif dan lebih menguasai jalannya pembelajaran. Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan mencatat apa yang diberikan guru tanpa berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang dipelajarinya, dan guru menerangkan dan memberikan soal di papan tulis dan meminta siswa maju menyelesaikan soal di papan tulis.
 Kondisi seperti ini membuat siswa pasif dan malas karena terlalu mengharapkan guru dari pada berusaha sendiri dan pada akhirnya sifat malas dan pasif siswa ini akan turut mempengaruhi hasil belajarnya, salah satunya banyak siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada pelajaran matematika khususnya konsep pecahan, dimana KKM yang ada pada SMP Negeri 4 Salahutu yakni 65.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran model Make a Match. Model ini memberikan tekanan pada aktivitas siswa dalam mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan(Curran,2011:135). Model make a match ini sangat cocok diterapkan pada konsep pecahan karena untuk memahami konsep pecahan siswa membutuhkan suatu proses pengkajian ide-ide dan pengkontruksian, dan model make a match ini sendiri memiliki fase-fase yang bisa membantu siswa untuk memahami konsep pecahan tersebut.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu ?
1.3 Tujuan Penelitian
untuk mengetahui penerapan model Make A Match Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu.
1. 4 Manfaat Penelitiandapun manf
1.    Manfaat untuk guru, yaitu diharapkan penggunaan pembelajaran model Make a Match ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar khususnya untuk mengkaji mata pelajaran matematika.
2.    Manfaat untuk siswa, yaitu diharapkan siswa lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar.
3.    Manfaat untuk sekolah, yaitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui peningkatan partisipasi dan motivasi siswa.
4.    Manfaat bagi peneliti lain yaitu diharapkan dapat menambahkan wawasan ilmiah dan pengetahuan peneliti lain sebagai bekal menjadi calon guru matematika yang kreatif dan inovatif.
1. 5 Batasan Masalah
Yang menjadi batasan masalah dari penelitian ini adalah konsep pecahan  yang terdiri dari pengertian pecahan, operasi pada pecahan yakni penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan.
1. 6 Penjelasan Istilah
1.    Model Make a Match adalah suatu model pembelajaran mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topic tertentu dalam suasana yang menyenangkan (Curran, 2011:135).
2.    Pecahan adalah sebagian dari sesuatu yang utuh.















Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
2.1.1Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman , belajar dapat membawa perubahan-perubahan bagi perubahan-perubahan tersebut, tentunya sipelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Baharudin &Wahyuni, 2010:12)
Thursan (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut di tempatkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.
Maka demikian belajar adalah suatu proses yang di lakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Menurut Benny (2009:6) Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
2.1.2Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan  sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Degeng dalam Ratumanan (2004:3). Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Secara eksplisit terlihat bahwa pembelajaran adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mncapai hasil yang diinginkan.
2.2  Hasil Belajar
1.      Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Menurut Bloom (Ratumanan 2004:5-7) ranah kognitif terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analilsis, dan evaluasi.
a.    Pengetahuan meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari, dan tersimpan dalam ingatan.
b.    Pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari.
c.    Penerapan meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru misalnya dalam menggunakan suatu rumus atau suatu teorema dalam menyelesaikan sesuatu masalah.
d.   Analisis meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
e.    Sintesis meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur yang kecil.
f.     Evaluasi meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal, dan pertanggung jawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2.    Ranah afektif
a.    Penerimaan yakni sentivitas terhadap keberadaan fenomena yang meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut, misalnya kesadaran siswa akan adanya perbedaan individu dalam kelas, dan siswa mampu menerima perbedaan tersebut.
b.    Pemberian respon yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena.
c.    Penilaian atau penentuan sikap yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d.   Organisasi yakni konseptualisasi dari nilai-nilai  untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
e.    Karakteristis yakni kemampuan yang mengacu pada karakter, dan daya hidup seorang.

3.   Ranah psikomotor
Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi euromuscular (menghubungkan, mengamati) tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian pembelajaran di sekolah.
2.3  Model Pembelajaran Make A Match
ModelMake A Match artinya mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut (curran,1994) madel make a match (mencari pasangan) mempunyai langkah-langkah dalam pembelajaran adalah sebagai berik:
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.      Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
3.      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal dengan kartu jawabannya.)
4.      Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin.
5.      Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
 Kelebihan model pembelajaran make a match menurut Dwitantara (2011)  antara lain:
1.      Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2.      Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.
3.      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
4.      Dapat meningkattkan motivasi belajar siswa, terutama jika;
5.      Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentase.
6.      Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
 Adapun kekurangan model pembelajaran make a match menurutDwitantara antara lain:
1.      Jika guru tidak merangsangnya dengan  baik, maka banyak waktu terbuang.
2.      Pada awal-awal penerapan model ini, banyak siswa yang malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
3.      Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang perhatikan.
4.      Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5.      Menggunakan model ini terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
2.4Ruang Lingkup Materi : Pecahan
2.4.1 Pengertian Pecahan
2.4.2 Operasi Pada Pecahan
2.4.2.1Penjumlahan Pecahan


2.4.2.2.Pengurangan Pecahan
2.5  Kerangka Pikir
Model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada umumnya kurang memberikan perhatian pada aktivitas siswa. Guru selalu mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sebaliknya siswa lebih banyak pasif dalam menunggu proses transformasi pengetahuan dari guru. Hal ini mengakibatkan siswa cepat bosan, malas, dan tidak berani mengemukakan pendapat dan lebih banyak diam. Kondisi seperti ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal dan menimbulkanh persepsi negatif tehadap mata pelajaran matematika.
Model pembelajaran make A match artinya mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran make A matchdengan pembelajaran konvensional adalah siswa lebih aktif karena diharuskan mencari teman yang sesuai dan merupakan pasangan pertanyaan dan jawaban yang tepat, sedangkan guru hanya memberikan garis-garis besar dari materi yang akan diajarkan setelah itu siswa yang berperan aktif memecahkan atau mencari tugas yang diberikan oleh guru.



















Bab III
Metode Penelitian

3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,yaitu penelitian yang digunakan untuk mendiskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini ( Arifin, 2011:54).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri 4 Salahutu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2013 sampai dengan 21 Mei 2013.
3.3 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII  SMP Negeri 4 Salahutu yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah 56 siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel populasi (Sampel total), karena semua anggota dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian(Sukardi, 2003:67), dan  karena peneliti menganggap kemampuan atau pemahaman siswa dalam dua kelas sama, sehingga dari dua kelas yang ada diambil secara acak, dan yang terambil sebagai sampel adalah kelas VII1 dengan jumlah 20 siswa.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu hasil belajar materi pecahan.
3.5 Instrumen Penelitian
1.    Lembaran Tes Pecahan dengan menggunakan model Make a Match.
a.       Tes awal, yakni tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh peserta didik
b.      Tes akhir, yakni tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang  tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.
2.      Lembaran observasi
Teknik observasi menggunakan lembar pengamatan ketrampilan proses siswa untuk mengamati kegiatan siswa yang diharapkan muncul dalam pembelajaran matematika dengan model Make a Match.
3.6  Teknik Penjaringan Data
1.      Tes awal, tes yang dilakukan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa.
2.      Tes akhir, tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung.
3.      Lembaran observasi, digunakan untuk mengamati keterampilan siswa pada saat pembelajaran dimulai sampai selesai.
3.7    Teknik Analisis Data
1.    Analisis Statistik Deskriptif
                 Nilai =  x 100
Tabel 3.1 Tingkat Nilaidan Predikat Penguasaan Siswa
Nilai Angka
Nilai Huruf
Predikat
80 ke atas
A
Baik Sekali
66 – 79
B
Baik
56 – 65
C
Cukup
46 – 55
D
Kurang
45 ke bawah
E
Gagal
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) Siswa
Keterangan
        ≥65
<65
Tuntas
Belum tuntas
Sumber: SMP Negeri 4 Salahutu
2.    Menentukan Nilai Rata- rata
Untuk menentukan nilai rata-rata hasil belajar matematika sebelum dan setelah menggunakan pembelajaran model Make a Match diperoleh dengan rumus :
Sudijono (2010:81)
Mx=
 
Keterangan :
Mx    = Mean yang kita cari
Jumlah dari skor-skor yang ada
N     = Banyaknya skor-skor yang ada
3.    Menentukan distribusi persentase
P =  x 100%
P =  x 100%

 





(Sudijono, 2010:43)
Keterangan : P = Angka persentase
                     f  = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya
                    N = Jumlah individu / frekuensi

3.8.  Indkator Keberhasilan
1.      Apabila kinerja mencapai hasil belajar individu dan secara klasikal ≥ 65% siswa telah mencapai ketuntasan belajar individu. Dengan demikian siswa dianggap ketuntasa belajar individu. Dengan demikian siswa dianggap ketuntasan belajarnya meningkat dan kompetensi dasar yang di inginkan tercapai serta performance guru dalam proses pembelajaran meningkat.
2.      Apabila secara klasikal ≥65% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3.      Apabila secara klasikal ≥65% siswa senang dengan kegiatan pembelajaran.















Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jadwal mata pelajaran serta memperoleh informasi tentang kemampuan hasil belajar siswa. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 4 Salahutu siswa kelas VII pada materi pecahan yang menerapkan model Make A Match.
4.1.1    Deskripsi Hasil Test Awal (pre-test)
Tes awal, yakni tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh peserta didik (Sudijono,2009:69).
Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi dan Persentase Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu

Tingkat Penguasaan
Frekuensi
Persentase (%)
Kualifikasi
Keterangan
80 ke atas
3
20 %
Baik Sekali
Tuntas
66 - 79
1
0%
Baik
Tuntas
56 - 65
-
10%
Cukup
Belum Tuntas
46 - 55
3
5%
Kurang
Belum Tuntas
45 ke bawah
13
65%
Gagal
Belum Tuntas
jumlah
20
100


Sumber: Olahan data 2013
4.1.2 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Setelah Penerapan Model Make A Match

a.    Kemampuan Kognitif Siswa
Data hasil kognitif siswa dapat dilihat melalui tes formatif di akhir pembelajaran dengan satu indikator yaitu Menentukan hasil penjumlahan dan pengurangan pecahan.
b.    Kemampuan Afektif Siswa
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi dan Persentase Tes Kemampuan Afektif Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu

Pertemuan
Aspek
Frekuensi
Persentase (%)
4
3
2
1
4
3
2
1
I
A.   Kehadiran di kelas.
B. Kerjasama dalam kelompok.
C. Menghargai pendapat teman.
D. Sopan dalam mengajukan pertanyaan
20

9

7

4
-

6

9

15
-

5

4

1
-

-

-

-
100%

45%

35%

20%
-

30%

45%

75%
-

25%

20%

5%
-

-

-

-

c.Kemampuan Psikomotor Siswa
Data kemampuan psikomotor siswa yang dinilai selama proses pembelajaran ditunjukan pada Tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kemampuan Psikomotor Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Salahutu

Pertemuan
Aspek
Frekuensi
Persentase (%)
4
3
2
1
4
3
2
1
I
A. Kemampuan siswa dalam menjelaskan/presentase kepada temannya.
B. Ketepatan siswa dalam mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sama.
C. Kecakapan siswa dalam bertanya kepada guru.
-




8





9
14




9





8
6




3





3
-




-





-
-




40%





45%
70%




45%





40%
30%




15%





15%
-




-





-
Sumber: Olahan data 2013
4.1.3 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa dari Hasil Tes Akhir
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Hasil Tes Kemampuan Akhir Siswa Pada Materi Pecahan

Tingkat Penguasaan
Frekuensi
Persentase (%)
Kualifikasi
Keterangan
80 ke atas
8
40 %
Baik Sekali
Tuntas
66 - 79
10
50%
Baik
Tuntas
56 - 65
-
-
Cukup
Belum Tuntas
46 - 55
2
10%
Kurang
Belum Tuntas
45 ke bawah
-
-
Gagal
Belum Tuntas
jumlah
20
100


4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil tes kemampuan awal siswa (pre-test)
a.    Untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai konsep pecahan yang akan diajarkan.
b.    Untuk membentuk suatu kelompok kerja siswa yang akan ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah.
4.2.2 Deskripsi Hasil Belajar Setelah Penerapan Pembelajaran Model Make A Match
a.    Aspek kognitif
Aspek kognitif yang dinilai dalam penelitian ini yaitu tes formatif yang diberikan setelah penerapan model Make A Match dan didukung juga dari hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdiri dari satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran yaituMenentukan hasil penjumlahan, pengurangan pecahan.
 Di mana pada fase awal yakni guru memberikan kartu pada siswa yang terdiri atas jawaban dan soal, kemudian guru memberikan penjelasan, setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk berusaha menyelesaikan soal dan mencari pasangan berupa jawaban dari kartu tersebut atau sebaliknya.
Diharapkan setelah belajar akan terjadi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu, dari tidak terampil menjadi terampil, demikian pula dalam hal sikap (aspek afektif), hasil belajar yang berupa perubahan positif  dalam diri siswa dapat membangun sikap  yang positif terhadap sesuatu.
b.   Aspek afektif
Dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa yang kurang antusias merespon aspek-aspek yang dinilai, hal ini terjadi karena kepribadian siswa yang merasa acuh. Aspek ini berorientasi seperti faktor emosional yang menunjukan penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu.
c. Aspek psikomotor
Aspek psikomotor dalam penelitian ini yang diteliti mencakupkemampuan siswa dalam menjelaskan/presentase kepada temannya, Ketepatan siswa dalam mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sesuai. Dan kecakapan dalam bertanya kepada guru.. Hal ini menunjukan bahwa selama pembagian LKS untuk diskusi kelompok, sebagian besar siswa dalam menyelesaikan soal pada LKS tidak tepat dengan waktu 15 menit yang diberikan, kurangnya keseriusan kerjasama dalam kelompok dan cenderung tidak mau bekerja sama, sedangkan pada pertemuan kedua, sebagian siswa telah mampu menerapkan aspek-aspek psikomotorik dengan baik, hal ini disebabkan karena penguasaan materi yang baik dari pertemuan pertama sehingga siswa mampu menjelaskan dan menjawab pertanyaan dengan benar, walaupun masih ada sebagian kelompok yang kurang tepat menyelesaikan soal pada LKS dengan waktu 15 menit dan menjawab pertanyaan dengan benar. Seperti yang terlihat pada lampiran 17 (halaman 55).
Hasil ketrampilan psikomotor siswa ini dapat bervariasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kecerdasan yakni dalam menangkap pelajaran, ingatan baik, berfikir logis, kosentrasi baik dan sebagainya.













Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Hasil belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor yang cukup baik, khususnya pada tes akhir belajar. Dari 20  siswa, yang mencapai nilai KKM 100% dengan kualifikasi baik sekali 8 siswa (40%), kualifikasi baik diperoleh oleh 10 siswa (50%), dan kualifikasi kurang2 siswa (10%) adalah sangat meningkat dibandingkan dengan tes awal siswa yang hanya mencapai nilai KKM 4 siswa (20%).
5.2 Saran
1.    Bagi pendidik
Agar guru melakukan variasi dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran untuk menghilangkan kejenuhan dan ketergantungan siswa pada model tertentu. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bias diterapkan adalah model Make A Match.
2.    Bagi peneliti lain
Penggunaan model Make A Match pada materi konsep pecahan sudah berhasil, maka penulis menyarankan pada peneliti lain untuk mengadakan penelitian dengan model Make A Match pada materi yang lain guna memperoleh hasil yang baik.



Daftar Pustaka


Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharudin, dan Wahyuni Nur Esa, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran Jogjakarta: Ar-Ruuz Media
Benny. A, 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT Dian Rakyat.
Cholik A. M, dkk, 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangg
Lorna, curran, 1994. Model-model pembelajaran. Edisi kedua. Asmani, J, M. DIVA press. Yogyakarta
Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratumanan, Gerson, Tanwey, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Riyanto, Yatim, H, 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenana Media Group.
Slameto,2003, Strategi belajar mengajar, bandung, pustaka: setia.                                                                                              
Sudijono, Anas, 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudijono, Anas, 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan ( Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Thursan Hakim, 2000, Strategi belar mengajar, bandung: pustaka setia.
Hamdan, (2012). Kelebihan dan kekurangan model make a match. www.wordpres.com. Diakses pada tanggal 30 april 2013.
Zainal, Arifin, 2011. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar