Senin, 24 November 2014

Contoh Ringkasan Skripsi -DORINA MAHUBESSY



 





RINGKASAN SKRIPSI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI RELASI DAN FUNGSI MELALUI PENDEKATAN REALISTIK MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Penyelesaian Studi Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon


OLEH :
INCON HADIMAN
NPM : 2008 12 031


PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2 0 13

 





RINGKASAN SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN KUBUS DAN BALOK SERTA SIMETRIS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 10 SIRIMAU AMBON
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Penyelesaian Studi Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Darussalam Ambon


OLEH

DORINA MAHUBESSY
NPM : 200912080



PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2 0 1 3

Ringkasan Skripsi



Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Teori Belajar Brunner Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Materi Sifat-Sifat Bangun Kubus dan Balok Serta Simetris Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 10 Sirimau Ambon



OLEH

Dorina Mahubessy
NPM : 200912080






Disetujui Oleh

Pembimbing



Drs. Hasan Umarella, M.Pd




DAFTAR ISI

Halaman
i
ii
iii
iv
 
HALAMAN JUDUL  ...............................................................................         i
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................        ii
ABSTRAK ................................................................................................       vi
DAFTAR ISI .............................................................................................        x
BAB I.  PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang  ........................................................................        1
1.2.   Identifikasi Masalah  ................................................................        1
1.3.   Rumusan Masalah ....................................................................        1
1.4.   Cara Pemecahan Masalah .........................................................        1
1.5.   Tujuan Penelitian.......................................................................        2
1.6.   Penjelasan Istilah ......................................................................        2
1.7.   Manfaat Penelitian  ..................................................................        2
BAB II.   TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Belajar dan Pembelajaran Matematika  ....................................        3
2.2.   Hasil Belajar .............................................................................        3
2.3.   Pembelajaran Kooperatif ..........................................................        3
2.4.   Teori Belajar Brunner................................................................        3
2.5.   Ruang Lingkup Materi  ............................................................        4
2.6.   Kerangka Pikir .........................................................................        4
BAB III.  METODE PENELITIAN 
1.1.   Tipe Penelitian  .........................................................................        5
1.2.   Lokasi dan Waktu Penelitian  ..................................................        5
1.3.   Subjek Penelitian  .....................................................................        5
1.4.   Data dan Sumber Data .............................................................        5
1.5.   Perangkat Pembelajaran ...........................................................        5
1.6.   Instrumen Penelitian  ...............................................................        5
1.7.   Prosedur Penelitian ..................................................................        5
1.8.   Teknis Aanalisis Data ...............................................................        6
BAB IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Kegiatan Pendahuluan .............................................................        8
4.2.   Hasil Penelitian ........................................................................        8
4.3.   Pembahasan ..............................................................................      10
BAB V.   PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...............................................................................      11
5.2. Saran .........................................................................................      11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................      11












PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MATERI SIFAT-SIFAT KUBUS DAN BALOK SERTA SIMETRIS PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 10 KECAMATAN KOTA AMBON


ABSTRAK

Dorina Mahubessy1, Drs. H. Umarella, M.Pd2, Ch. Laamena, S.Pd, M.Sc3.

Matematika adalah belajar tentang fakta, konsep, keterampilan, dan prinsip. Salah satu kompetensi yang diharapkan dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran matematika adalah kemampuan mengkomunikasikan ide-ide matematika. Kemampuan ini nampaknya saat ini kurang dimiliki oleh para siswa. Hal ini disebabkan, pengajaran konvensional yang terlalu berpusat pada guru (teacher centered instruction) dengan penekanan pada ceramah dan ekspositori. Pelaksanaan pembelajaran yang baik tidak terlepas dari rencana atau persiapan yang baik. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan pengajaran matematika diperlukan pembuatan rencana/persiapan agar proses pembelajaran dapat lebih efektif, efisien dan terarah.
Rumusan masalah adalah apakah dengan menerapkan teori belajar Brunner dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi sifat-sifat bangun kubus dan balok serta simetri pada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kecamatan Sirimau Kota Ambon ?. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi bangun kubus dan balok serta simetri pada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Tipe penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan tipe penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktek pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 10 Kecamatan sirimau kota Ambon. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen tes dan Lembar observasi.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan tahapan Teori Brunner, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 10 Kecamatan Sirimau Kota Ambon untuk materi bangun ruang kubus dan balok serta simetri. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa pada tindakan siklus I yang memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 sebanyak 27,78% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,77%.

Kata Kunci : “Teori Brunner- Hasil Belajar- Kubus dan Balok ”.

2.    Peneliti
3.    Pembimbing I
4.    Pembimbing II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Matematika adalah belajar tentang fakta, konsep, keterampilan, dan prinsip. Salah satu kompotensi yang diharapakan dpat ditumbuhkan melalui pembelajaran matematika adalah kemampuan mengkomunikasi ide-ide matematika.
Persoalan mendasar yang hingga kini masih dilematis dan kerap kali dihadapi guru Sekolah Dasar (SD) di dalam proses belajar mengajar adalah membangun suasana pembelajaran yang aktif/parsitipatif yang mampu melibatkan siswa dalam interaksi dialogis dan berkualitas dengan guru, dan antar siswa. Akibatnya suasana pembelajaran di dalam kelas jadi kurang menarik dan tidak menyenangkan bagi siswa. Siswa hanya menjadi penerima pasif, kurang responsif dan ada kecenderungan untuk menolak berinteraksi dengan guru. Persoalan tersebut juga dihadapi oleh guru di SD Negeri 10 Ambon dalam mengajarkan matematika khususnya pokok bahasan sifat-sifat kubus dan balok serta simetris.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat PPL serta hasil wawancara penulis dengan beberapa guru matematika, ternyata bahwa pengajar matematika saat ini kurang memberikan perhatian pada aktivitas aktif siswa. Guru terlalu mendominasi kegiatan belajar megajar (KBM), guru bahkan ditempatkan sebagai sumber utama pengetahuan dan berfungsi sebagai pentransfer penegetahuan. Sebaliknya siswa lebih banyak pasif, diposisikan sebagai objek belajar, dikondisikan hanya untuk menunggu proses transformasi penegetahuan dari guru, kemudian memberikan respon (berupa memberikan tanggapan/jawaban atau meneyelesaikan soal-soal) terhadap stimulus (berupa pertanyaan atau soal – soal latihan) yang diberikan guru.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Teori Belajar Brunner Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Materi Sifat –sifat  Bangun Kubus Dan Balok Serta Simetris Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 10 Sirimau  Ambon. “
1.2.     Identifikasi Masalah
1.      Proses pembelajaran yang berlangsung lebih berpusat pada guru
2.      Sebagian besar siswa terliaht pasif
3.      Materi bangun ruang khusu kubus dan balok dianggap sulit oleh sebagian besar siswa
4.      Guru menyampaikan materi kubus dan balok terlalu abstrak
5.      Siswa jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
1.3.     Rumusan Masalah
Apakah dengan menerapkan teori belajar Bruner dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk materi sifat – sifta bangun dan kubus serta simetri pada siswa kelas IV SD Negeri 10 Kecamatan Sirimau Kota Madya Ambon.
1.4.     Cara Pemecahan Masalah
Berupa suatu aktivitas belajr yang berpusat pada siswa serta dapat memberi ruang bagi siswa untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan tahap – tahap belajar teori Bruner dalam pembelajran matematika.

1.5.     Tujuan Penelitian
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa untuk menigkatkan hasil belajar siswa untuk materi kubus dan balok serta simetri pada siswa kelas IV SD Negeri 10 Sirimau Ambon.
1.6.     Penjelasan Istilah
1.      Teori belajar bruner yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang tahapan belajar yakni, enaktif, ikonik, syimbolic.
2.      Hasil belajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diukur dengan setelah mengikuti pembelajaran skor postes (tes akhir) yang dipeoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.
3.      Bangun ruang merupakan salah satu sub materi yang diajarkan di kelas IV SD berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
1.7.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan belajarnya serta memotifasi keaktifan dan keterampilan mengaplikasikan materi kedalam kehidupan nyata.
2.      Bagi guru, dapat menambah wawasan serta diharapkan mempunyai ide-ide kreaktif dalam membelajarkan siswa.
3.      Sekolah, sebagi bahan informasi yang dapat memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
4.      Peneliti, sebagi calon pendidik, penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi bekal dan tambahan referensi.










BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1.     Belajar dan Pemebelajaran Matematika
Menurut Hillgart (Makmun,2002:157) perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada. Selain itu juga, menurut John Travers (dalam kholishoh 2007 : 12) belajar adalah sustu proses yang menghasilkan tingkah laku.
Sehubungan dengan pelajaran matematika, menurut nikson (dalam ratumanan 2004 : 3) pemebelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkontruksi atau membangun kensep-konsep atau prinsip matemtika dengan kemampuanya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip terbangun kembali.
2.2  Hasil Belajar
Nasition (2002:25) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, dimana bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan diri individu yang belajar.

2.2.     Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jhonson (Ismail, 2002:12) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.3  Teori Belajar Brunner
Brunner, belajar melibatkan 3 (tiga) proses yang berlangsung hampir bersamaan, yakni :
a.       Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Informasi baru dapat berupa materi baru yang  diajarkan untuk siswa saat itu.
b.      Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal – hal lebih luas. Jadi informasi baru yang diperoleh dan diajarkan kepada siswa, bukan sekedar menjadi miliknya sendiri tetapi, informasi penegetahuan tersebut dipelajari, dikembangkan dan dapat dikomunikasikan ke orang lain.
c.       Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dan ketetapan penegetahuan. Psoses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan penegtahuan terseburt cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada. Juga sejauh manakah penegetahuan tersebut dapat digunakan untuk memahami gejala – gejala  lainnya. Setelah informasi tersebut dikomunikasikan kepada siswa, siswa diberi kesempatan untuk menguji pengetahuannya, sejauh mana siswa paham terhadap informasi penegtahuan yang disampaikan.




2.3.     Ruang Lingkup Materi
   Adapun ruang lingkup materi dalam penelitian ini ialah mata pelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar Semester II (Genap) meliputi :
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
2.  Memahami bangun ruang dan hubungan antara bangun datar 
2.1    Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
2.2    Menetukan luas sisi bangun kebus dan balok
2.3    Mengidentifikasikan benda dan bangun datar simetris
1.    Sifat-sifat bangun ruas kubus dan balok
2.    Luas sisi bangun kubus dan balok
3.    simetris

2.4.     Kerangka Pikir
Teori Brunner, lebih menekankan pada  keaktifan siswa membangun pengetahuan sendiri. Menururt Brunner ada 3 tahap penting   yang harus dilakukan dalam mengajarkan matematika, yakni, enaktif, ikonik dan symblic. Pada ketiga tahap tersebut, siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi objek, menganalisis, serta dapat menerapakan dalam memcahkan masalah.
Terkai dengan hal diatas, maka dalam pembelajaran matematika denga menggunakan teori Brunner lebih menekankan pada keaktifan siswa, dan hal ini akan membuat siswa cenderung termotivasi dalam memecahkan masalah.









BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.    Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini gunakan tipe penelitian tindakan kelas (PTK yang dilakukan dikelas bertujuan untuk memperbaiki /meningkatkan mutu praktek pembelajaran. ada empat tahapan yang paling sering dilalui dalam PTK yakni
1.      Tahap Perencanaan (planing)
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
3.      Tahap Observasi (observing)
4.      Tahap Refleksi
3.2.    Lokasi dan Waktu Peneliti
Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri 10 Ambon kecamatan Sirimau Ambon.
a.      Waktu Penelitian
Penelitian in dilaksanakan pada tanggal 16 April 2012 sampai dengan tanggal 16 Mei 2012.
3.3.    Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 10 Ambon Kecamatan Sirimau  Ambon.
3.4.    Data dan Sumber Data
1.    Data
a.       Data kuantitatif berupa hasil tes akhir setiap siklus
b.      Data kualitatif berupa hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam kelompok.
2.    Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 10 Ambon Kecamatan Sirimau  Ambon tahun ajaran 2011-2013 dan guru matematika pada kelas tersebut.
3.5.    Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dirancang dalam penelitian yang terdiri atas
1.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2.      Lembaran Kerja Siswa (LKS)
3.6.    Instrumen Penelitian
1.      Instrument Tes
2.      Lembar Observasi
3.7.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Secara umum prosedur penelitian dari setiap siklus dapat di lihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut ;
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Perencanaan
1.    Merancang RPP 01 dan RPP 02 sesuia tahap-tahap belajar Brunner.
2.    Menyusun LKS 1 dan LKS 2.
3.    Mengembangkan format evaluasi
4.    Mengembangkan format-format pengamatan baik untuk siswa maupun guru.
5.    Menetapkan kriteria, yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan dikatakan berhasil jika lebih dari 65% siswa mencapai ketuntasan minimum 70.

Pelaksana Tindakan
Menetapkan tindakan mengacu pada RPP



Pengamatan
1.    Melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi untuk siswa dan guru.
2.    Menilai hasil tindakan dan memandingkan dengan kriteria yang ditetapkan.

Refleksi
1.    Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2.    Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi.
3.    Menyimpulkan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki
Siklus II
Perencanaan
1.    Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi.
2.    Merancang RPP 03 sesuai tahap-tahap belajar Brumer.
3.    Menyusun LKS 3
4.    Menge,bangkan format evaluasi.
5.    Mengembangkan format-format pengamatan baik untuk siswa maupun guru.
6.    Menetapkan kriteria, yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan dikatakan berhasil jika lebih dari 


Pelaksana tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada RPP yang telah dubuat pada siklus 2 terdiri dari 1 pertemuan.

Pengamatan
1.    Melakukan pengamatan dengan menggunakan format observasi untuk siswa dan guru.
2.    Menila hasil tindakan dan membandingkan dengan kriteria yangh ditetapkan.

Refleksi
1.     Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2.    Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi.
3.    Menyimpulkan hal – hal yang perlu diperbaiki dan dipertimbangkan pada siklus berikutnya.

3.8.    Teknis Analisi Data
Data dari hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan analisis data kuantatif  dan analisis data kualitatif.
1.      Analisis Data Kuantitatif

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Penguaaan siswa
Tingkat Penguasaan
Keterangan
≥ 70
Tuntas
< 70
Belum Tuntas
   Sumber : SD Negeri 10 Sirimau Ambon.
a.       Untuk menghitung ketuntasan secara klasikal, digunakan rumus.



2.      Analisis Data Kualitatif
1.      Reduksi data
Merupakan proses penajaman, memfokuskan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan data yang diperoleh dari catatan lapangan
2.      Penyajian dan pemaparan data
Merupakan suatu proses penyajian data secara terorganisir dan terstrukutr dari reduksi data sehingga memungkinkan peneliti dapat menarik kesimpulan.
3.      Penarikan kesimpulan
Merupakan proses yang didasarkan pada data yang telah diperoleh dalam reduksi data penyajian data kemudian dirangkum dan dibuat kesimpulan.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan awal sebelum penelitian tindakan kelas dimulai, peneliti melakukan pendekatan dengan guru mata pelajaran matematika kelas IV SDN 10 Ambon untuk menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun kubus dan balok serta simetri berdasarkan tahapan teori Brunner kepada guru mata pelajaran matematika.
4.2.    Hasil Penelitian
1.   Tindak Siklus I
a.   Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini, peneliti menyusun dan mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1) dan RPP 2, Lembaran Kerja Siswa (LKS 1), dan LKS 2.
b.   Pelaksanaan Tindakan
1.    Pertemuan I
2.    Pertemuan II
c.    Observasi
1).    Hasil observasi terhadap guru
2).    Hasil observasi terhadap siswa
3).    Hasil belajar siswa
Tabel 4.4. Hasil Tes Akhir Siklus I
Nilai
Banyak Siswa
Presentase
Keterangan
≥ 70
10
27,78
Tuntas
< 70
26
72,22
Tidak Tuntas
d.   Refleksi
(a).    Berkaitan dengan aktifitas siswa pada siklus I
(b).    Berkaitan dengan aktifitas guru pada siklus I
(c).     Berkaitan dengan hasil belajar siklus I
-    Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus I, maka diperoleh jumlah siswa yang memiliki nilai yang < 70 sebanyak 26 atau sekitar                     72,22%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ³ 70 sebanyak 10 siswa atau sekitar 27,78 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka siklus I akan diperbaiki dan dilanjutkan ke siklus II.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya, antara lain :
a.   Menyusun LKS dengan langkah-langkah yang jelas sesuai teori Burnner dan bahasa yang mudah dipahami siswa.
b.  Memotivasi siswa untuk dapat mengerjakan LKS secara mandiri dan membuat kesimpulan sendiri.
c.   Fungsi motivator harus diperbaiki dan lebih ditingkatkan, serta meningkatkan interaksi belajar, seperti kegiatan tanya jawab, serta tanggapan dan sanggahan.
d.  Pemberian bantuan merata disemua kelompok dalam menyelesaikan LKS.
e.   Memberikan kesempatan kepada siswa serta mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi yang diberikan.



2.   Tindakan Siklus II
a.      Perencanaan
Hasil refleksi pada akhir siklus I menjadi dasar untuk perencanan siklus II. Adapun kegiatan yang direncanakan pada tahap ini adalah menyusun dan mepersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2b),
Pelaksanaan Tindakan
b.      Observasi
1).    Hasil observasi terhadap guru
1.      Guru telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP dan aspek yang diamati dalam format pengamatan.
2.      Guru sudah memberikan bimbingan dengan baik dan merata disetiap kelompok.
3.      Guru tidak langsung memberikan jawaban, jika ada siswa yang bertanya, tetapi guru hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan agar mengarahkan siswa untuk berpikir, sehingga siswa tidak terkesan harap gampang, tetapi mampu memanfaatkan otak dan potensi yang dimiliki siswa.
4.      Guru sudah bisa memotivasi siswa dengan baik, sehingga tidak ada siswa yang melakukan tindakan yang tidak relevan.
5.      Pada akhir pembelajaran, guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan.
2).    Hasil observasi terhadap siswa
a.   Kelompok 1. Pada saat diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS, semua anggota kelompok antusias.
b.  Kelompok 2. Kerjasama dalam kelompok ini sudah baik.
c.   Kelompok 3. Kelompok ini adalah salah satu kelompok yang setiap anggotanya begitu kompak dan sangat aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
d.  Kelompok 4. Anggota kelompok ini juga dari siklu I sudah cukup serius dalam menyelesaikan LKS dan sampai pada siklus II pun sangat serius selama proses pembelajaran berlangsung.
e.   Kelompok 5. Anggota kelompok sudah mulai serius selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga tidak terjadi perilaku yang tidak relevan lagi.
f.   Kelompok 6. Kelompok ini adalah salah satu kelompok yang cukup serius selama proses pembelajaran berlangsung.
g.  Kelompok 7. Keaktifan setiap anggota kelompok ini sangat baik. Kerjasama yang baik terlihat ketika setiap anggota kelompok sangat serius dalam menyelesaikan setiap soal dalam LKS.
h.  Kelompok 8. Perhatian setiap siswa dalam mengerjakan LKS sangat baik. Setiap anggota kelompok ini sudah aktif dalam menyelesaikan LKS.
3).    Hasil belajar siswa
Tabel 4.5. Hasil Tes Akhir Siklus II
Nilai
Banyak Siswa
Presentase
Keterangan
≥ 70
28
77,77 %
Tuntas
< 70
08
22,22 %
Tidak Tuntas
Sumber : Hasil Penelitian (Lampiran 16 )
c.       Refleksi
(1).   Berkaitan dengan aktifitas siswa pada siklus II
(2).   Berkaitan dengan aktivitas guru pada siklus II
(3).   Berkaitan dengan hasil belajar siklus II
Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus II, maka diperoleh jumlah siswa yang memiliki nilai yang < 70 sebanyak 8 atau sekitar          22,22 %, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 28 siswa atau sekitar 77,77 %. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka disepakati bahwa pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.3.    Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan melakukan tes awal. Setelah itu guru dan peneliti bersama-sama menentukan pembagian kelompok berdasarkan hasil tes awal dan sesuai informasi guru mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran dengan berpatokan pada tahapan belajar Brunner, tetapi masih terdapat banyak kekurangan baik bagi guru maupun siswa.
Kekurangan dari siswa, yaitu siswa belum aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang pandai mendominasi pada saat menyelesaikan LKS. Siswa juga terlihat tidak serius, sehingga menimbulkan tindakan yang tidak relevan selama proses pembelajaran berlangsung.
Ketuntasan hasil belajar pada siklus I baru mencapai 27,78 % atau 10 siswa memperoleh nilai ³ 70. Melihat kekurangan yang ada selama proses pembelajaran berlangsung, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki adalah menyusun LKS dengan langkah-langkah yang jelas sesuai teori Brunner dan bahasa yang mudah dipahami siswa. LKS dibuat semenarik mungkin, sehingga siswa tertarik dan bersemangat untuk menyelesaikannya. LKS yang dibuat memberi ruang kepada siswa untuk berpikir agar dapat menggali potensi dalam dirinya. Memotivasi siswa untuk dapat mengerjakan LKS secara mandiri dan membuat kesimpulan sendiri. Fungsi motivator harus diperbaiki dan lebih ditingkatkan, serta meningkatkan interaksi belajar seperti kegiatan tanya jawab, serta tanggapan dan sanggahan. Pemberian bantuan merata disemua kelompok dalam menyelesaikan LKS. Bantuan yang diberikan tidak harus jawaban akhir, tetapi hanya sebatas pertanyaan-pertanyaan pancingan, agar supaya siswa lebih memanfaatkan otaknya untuk lebih berpikir tentang jawaban LKS. Memberikan kesempatan kepada siswa serta mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman tentang materi yang diberikan.
Pada tindakan siklus II, pembelajaran dengan menggunakan tahapan teori Brunner kembali dilaksanakan dan dilakukan satu kali pertemuan. Siswa tetap berada pada kelompok masing-masing seperti yang sudah dibagikan pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik, kekurangan-kekurangan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sudah dapat diatasi dengan baik. Perubahan yang terjadi dapat terlihat pada penugasan guru terhadap tahapan belajar teori Brunner sudah cukup baik. Guru mampu mengorganisasikan waktu dengan baik, serta memberikan bimbingan merata kepada semua kelompok.
Dari hasil tes akhir siklus II menunjukkan bahwa sebanyak 28 siswa dengan persentase 77,77 % telah memperoleh nilai ≥ 70. Berdasarkan hal tersebut, maka tindakan siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan.


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan tahapan belajar teori Brunner, dapat ditingkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 10 Sirimau Ambon untuk materi bangun ruang kubus dan balok serta simetris. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa pada tindakan siklus I yang memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 10 siswa atau 27,78% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 26 siswa atau 72,22% kemudian pada siklus II terjadi peningkatan yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 yaitu 28 siswa atau 77,77 %.
5.2.  Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, maka saran yang dapat dikemukakan peneliti sebagai berikut :
1.      Sekolah dapat menerapkan tahapan belajar teori Brunner sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah guna meningkatkan hasil belajar matematika.
2.      Guru sebagai pendidik dapat menerapkan tahapan belajar teori Brunner sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dan dapat menggali potensi yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Arends. R. 1997. Classroom Intruction and Management. McGraw-Hiil Companies Inc. New York (http://osun.org).
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Hamalik. Oemar. 2001. Prosos Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hudoyo. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : P2LPTK Depdikbud.
Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjut.
Lie, Anita. 2000. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Makmun, Abin Syamsudin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja.
Nasution, S. 2002. Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Bina Akasara.
Nur Hadi. 2004. Kurikulum2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta : Gramedia.
Ratumanan. T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran Edisi Ke-2, Surabaya. University Press .
Rusefendi. 1991. Pendidikan Pembelajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Tinggi.
Sudjana. 2002. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Sinar Baru.
Suherman. 2002.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI
Tutuhatunewa. 2004. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas.
Warela dan Laamena, 2004.Kemampuan Awal Mahasiswa Baru Program Studi Pendidikan Matematika Tahun 2004-2005. Bulletin Pendidikan Matematika, Vol. 6, No. 2, Oktober 2004. Ambon FKIP.
Wardhani dan Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.




 




















































ABSTRAK

Incon Hadiman, Npm : 2008 12 031. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Relasi Fungsi Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu. Pembimbing I : H. Tamalene, S.Pd, M.Pd., Pembimbing II : Drs. Hasan. Umarella, M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Darussalam Ambon 2013.

Pendekatan model pembelajaran merupakan suatu ketergantungan tinggi rendahnya hasil belajar siswa pada suatu materi pelajaran tertentu. Rendahnya hasil belajar matematika di SMP Negeri 6 Leihitu pada pokok bahasan relasi fungsi, pada kegiatan pembelajaran, siswa terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran dan selain itu pembelajaran lebih dikuasai oleh siswa yang pandai saja. Kemudian hasil belajar siswa pada materi pokok bahasan tersebut belum memenuhi  penilaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)  yang telah ditetapkan sekolah yakni 71. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional yakni ceramah, yang pada prosesnya pembelajaran dikuasai oleh guru dan sebaliknya siswa pasif, hanya duduk dengar, diam serta siswa tidak dilibatkan belajar secara aktif untuk mengemukakan ide dan gagasannya sendiri dan disamping itu juga materi yang di terapkan masih bersifat abstrak. Untuk itu perlu adanya suatu  pendekatan pembelajaran  yang tepat, yang dapat membuat siswa belajar secara aktif dan tidak hanya mentransfer pengetahuan guru kepada siswa yang pada prosesnya pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk mengembangkan keterampilan berfikir dalam mengaitkan pengalaman sehari-hari dengan materi dan konsep serta keterampilan mengatasi masalah, dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Salah satu pengajaran dengan menggunakan suatu konteks sebagai pangkal tolak ukur dangan menggunakan dunia nyata yaitu suatu pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan hasil  belajar siswa pada materi relasi fungsi siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: Data hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus dan lembaran observasi siswa dan guru. Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada melalui perolehan hasil ketuntasan klasikal siswa. Pada siklus I diperoleh 68,18% dan siklus II 100%.
Dari hasil yang diperoleh diatas setelah pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) selesai diberikan, menunjukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


Kata Kunci : Realistic Mathematics Education (RME) dan Hasil Belajar



DAFTAR ISI

Halaman
i
ii
iii
iv
 
HALAMAN JUDUL  ...............................................................................         i
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................        ii
ABSTRAK ................................................................................................       vi
DAFTAR ISI .............................................................................................        x
BAB I.  PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang  ........................................................................        1
1.2.   Identifikasi Masalah  ................................................................        1
1.3.   Rumusan Masalah ....................................................................        1
1.4.   Cara Pemecahan Masalah .........................................................        1
1.5.   Tujuan Penelitian.......................................................................        1
1.6.   Penjelasan Istilah ......................................................................        2
1.7.   Manfaat Penelitian  ..................................................................        2
BAB II.   TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika...................        3
2.2  Hasil Belajar .............................................................................        3
2.3  Pendekatan Realistik  Mathematics Education (RME) ............        3
2.4  Ruang Lingkup Materi  ............................................................        4
BAB III.  METODE PENELITIAN 
1.1.   Tipe Penelitian  .........................................................................        6
1.2.   Tempat dan Waktu Penelitian 6
1.3.   Subjek Penelitian  .....................................................................        6
1.4.   Sumber Data Penelitian.............................................................        6
1.5.   Instrumen Penelitian  ...............................................................        6
1.6.   Prosedur Penelitian ..................................................................        6
1.7.   Teknik Pengumpulan Data .......................................................        7
1.8.   Teknik Analisis Data ................................................................        8
BAB IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Penelitian .........................................................................        9
4.1.   Pembahasan ..............................................................................      12
BAB V.   PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...............................................................................      13
5.2. Saran .........................................................................................      13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................      14








Bab I
Pendahuluan


1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana utama pada Era Globalisasi ini sangatlah penting. Dimana pendidikan merupakan suatu faktor utama dalam meningkatkan sumber daya  manusia yang baik, yang mengacu pada pengembangan intelegensi dan kepribadian yang mampu memberikan warna dan karakter generasi yang kuat untuk menjawab tantangan serta mampu berpartisipasi dalam peradaban global secara proaktif, (Ali, 2009).
Matematika diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar, sekolah menegah pertama dan selanjutnya ke sekolah jenjang yang lebih tinggi.
Ada berbagai cara pendekatan dalam pembelajaran matematika yang perlu digunakan, salah satunya adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). RME pertamakali dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Freudenthal dan kawan-kawan dari Freudenthal Institute. Pandangan Freundenthal kepada pembelajaran matematika harusla dikaitkan dengan realita, dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti terhadap pelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu pada pokok bahasan relasi dan fungsi, pada kegiatan pembelajaran, siswa terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran matematika dan selain itu pembelajaran lebih dikuasai oleh siswa yang pandai saja, sehigga hasil belajar pada materi pokok bahasan tersebut sebahagian besar siswa belum memenuhi  penilaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)  yang telah ditetapkan sekolah yakni 71.
Dalam proses pelaksanaan penelitian ini digunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik yang pelaksanaanya mengaitkan dan melibatkan pengalaman keseharian siswa dengan lngkungan sekitar sebagai sumber belajar serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa melalui bantuan tertentu dari guru.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Relasi dan Fungsi Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan hasil  belajar siswa pada materi relasi dan fungsi siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu ?.
1.3  Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) pada materi relasi dan fungsi siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu.
1.4  Manfaat Penelitian
1.      Bagi guru : sebagai bahan masukan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran matematika dalam proses pembelajaran.
2.      Bagi siswa : dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya, khususnya pada pokok bahasan relasi dan fungsi dan pada umumnya dapat dilaksanakan pada mata pelajaran lain.
3.      Bagi sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
4.      Bagi peneliti : dapat menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.
1.5  Penjelasan Istilah
1.      Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik, adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai panduan awal dalam membagun suatu konsep dasar matematika dalam menemukan solusi terkait dengan materi yang telah dirancang oleh guru.
2.      Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku secara parmanen setelah melakukan suatu  aktivitas pada suatu kegiatan tertentu.
3.      Relasi adalah suatu  hubungan yang mempunyai ketrkaitan antara dua objek tertentu.
4.      Fungsi adalah hubungan dua objek yang mempunyai aturan/persyaratan diantara objek-objek tertentu.







































Bab II
Kajian Pustaka

2.1  Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.1 Pengertian Belajar
Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikan istilah belajar. Menurut Dimyati (2002 : 295), belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
2.1.2  Pembelajaran Matematika
Matematika menurut Muhafilah (Delphie, 2009 : 2) merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Matematika merupakan sarana komunikasi sains tentang pola-pola yang berguna untuk melatih berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
a.       Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
b.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
c.       Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
d.      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.2   Hasil Belajar
Romiszowski (Abdurrahman, 2003:38) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs).
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya (Abdurrahman, 2003:40).
2.3    Pendekatan Realistik  Mathematics Education (RME)
2.3.1 Pengerian Pendekatan Realistik Mathematics Education (RME)
Dalam pandangan Freudenthal agar matematka memiliki nilai kemanusian (human value) maka pembelajarannya haruslah dikaitkan dengan realita, dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Treffers (Panhuizen, 2000) mencoba memformulasikan proses matematisai, dalam kontes pendidikan matematika, menjadi dua tipe yakni matematisasi horisontal dan vertikal.
2.3.2  Karakteristik dan Prinsip Realistic Mathematics Education (RME
A. Karkteristik Realistic Mathematics Education (RME), Treffes (Wijaya 2011 : 21)
a.       Penggunaan Konteks
b.      Penggunaan model untuk matematisasi progresif
c.       Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
d.      Interaktivitas
e.       Keterkaitan
       B. Prinsip Realistics Mathematics Education (RME) (Suryadi, 2009 : 177)
Prinsip Aktivitas. Menurut Freudenthal, karena ide proses matematisasi berkaitan erat dengan aktifitas manusia, maka cara terbaik untuk mempelajari matematika adalah melalui doing/ mengerjakan masalah-masalah yang didesain secarah khusus.
Prinsip Realitas. Seperti halanya dalam pendekatan pembelajaran matematika pada umunya, tujuan RME adalah agar siswa mampu mengaplikasikan matematika.
Prinsip Tahap Pemahaman. Proses belajar mulai dari pengembangan kemampuan menemukan solusi informal yang berkaitan dengan konteks, menemukan rumus dan skema, sampai menemukan prinsip-prinsip keterkaitannya.
Prinsip Intertwinement. Salah satu karakteristik dari RME adalah bahwa matematika tidak sebagai bahan ajar yang terpisah-pisah.
Prinsip Interaksi. Dalam pendekatan RME, proses belajar matematika dipandang sebagai suatu aktivitas sosial.
Prinsip Bimbingan. Freudenthal dalam pembelajaran matematika adalah perlunya bimbingan agar siswa mampu menemukan kembali matematika dari pengalaman belajarnya.
Langkah-langkah Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
1.      Guru memberikan siswa masalah kontektual.


2.      Guru merespon secara positif  jawaban siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif.
3.      Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka.
4.      Guru mendekati siswa sambil memberikan  bantuan seperlunya.
5.      Guru mengenalkan istilah konsep.
6.      Guru memberikan tugas rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabanya sesuai dengan matematika formal.
1.      Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal.
2.      Siswa memikirkan strategi yang paling efektif.



3.      Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalh tersebut.


4.      Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan.
5.      Siswa merumuskan bentuk matematika formal.
6.      Siswa mengerjakan  tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru.

     (Suharta, 2005 : 5)
1.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Mustaqimah (Wiwi, 2010)
Kelebihan :
1.      Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.
2.      Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
3.      Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka
4.      Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya.
5.      Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.
6.      Pendidikan budi pekerti /kerjasama dan menghormati teman yang sedang bekerja.
Kekurangan:
1.      Membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah.
2.      Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai itu.
3.      Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran pada saat itu.

2.4   Ruang Lingkup Materi           
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator  Pembelajaran
Materi



Memahami Relasi, Fungsi.

Memahami
Relasi dan
Fungsi
1.      Menjelaskan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi.
2.      Menyatakan suatu relasi dengan diagram panah, koordinat cartesius dan himpunan pasangan terurut.
Relasi


1.      Memahami pengertian fungsi atau pemetaan.
2.      Menyatakan fungsi atau pemetaan  dengan menggunakan diagram panah, diagram kartesius dan himpunan pasangan terurut.
Fungsi

1.      Menyatakan pemetaan timbal balik atau korespondensisatu-satu.
Korespondensi satu-satu

1.      Merunuskan fungsi dengan aturan – aturan tertentu.
2.      Menentukan variabel bebas dan variabel terikat.
Rumus fungsi

2.5  Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu terlihat pada kondisi awal pada penguasaan siswa terhadap materi dan konsep matematika masih tergolong rendah dalam hal ini pada materi relasi dan fungsi.
1.6    Hipotesis Penelitian
Melalui pendekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu

Bab III
Metode Penelitian

3.1    Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan selama dua siklus secara berulang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 6 Leihitu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan berlangsung selama 1 bulan. Mulai sejak tanggal 12 April  hingga selesai 13 Mei 2013.
3.3  Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1 SMP Negeri 6 Leihitu yang berjumlah 22 orang.
3.4  Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1 SMP Negeri 6 Leihitu dan guru mata pelajaran matematika.
3.5  Instrumen Penelitian
a.       Tes akhir tiap siklus untuk mengukur kemampuan kognitif  siswa.
b.      Lembar Observasi yaitu alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang berupa hasil pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung.
3.6  Prosedur Penelitian
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
No
Siklus
Tahapan
Uraian Kegiatan
1



Siklus
I
Perencanaan
a.       Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi membuat model matematika dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan relsi dan fungsi.
b.      Mengelompokan siswa dalam bentuk 4 - 5 orang/kelompok berdasarkan pilihan guru yang masing-masing kelompok beranggotakan campuran siswa laki-laki dan perempuan (heterogen) dimana setiap kelompoknya dipimpin oleh satu ketua kelompok.
c.       Menyiapkan prasarana yang diperlukan dalam penyampaian materi pelajaran.
d.      Meminta guru lain sebagai pengamat.
e.       Membuat alat evaluasi.
1.    Lembar kerja siswa dengan materi membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi.
2.    Menetukan kriteria ketuntasan minimum ≥71.
3.     Menentukan kriteria ketuntasan klasikal 75%.
f.       Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk guru.
g.      Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk siswa.
2
Pelaksanaan Tindakan
Melakukan tindakan berdasarkan RPP siklus I pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
3
Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh obsever, aspek yang diamati antara lain :
a.       Pengamatan terhadap siswa yang meliputi aspek keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b.      Pengamatan terhadap guru yang meliputi aspek aktifitas selama peroses pembelajaran berlangsung.
4
Refleksi

Refleksi pada siklus I meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi akhir siklus I. Menarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Refleksi ini dilakukan dengan kerjasama siswa antara guru dan mahasiswa peneliti, yang kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan selanjutnya ke siklus selanjutnya.
5





Siklus
II
Perencanaan
a.       Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi membuat model matematika dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi.
b.      Mengelompokan siswa dalam bentuk 4 - 5 orang/kelompok berdasarkan pilihan guru yang masing-masing kelompok beranggotakan campuran siswa laki-laki dan perempuan (heterogen) dimana setiap kelompoknya dipimpin oleh satu ketua kelompok.
c.       Menyiapkan prasarana yang diperlukan dalam penyampaian materi pelajaran.
d.      Meminta guru lain sebagai pengamat.
e.       Membuat alat evaluasi.
1.    Lembar kerja siswa dengan materi membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi.
2.    Menetukan kriteria ketuntasan minimum ≥71.
3.     Kriteria ketuntasan klasikal 75%.
f.       Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk guru.
g.      Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk siswa.
6
Pelaksanaan Tindakan
Melakukan tindakan berdasarkan RPP siklus II pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
7
Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh obsever, aspek yang diamati antara lain :
a.       Pengamatan terhadap siswa yang meliputi aspek keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b.      Pengamatan terhadap guru yang meliputi aspek aktifitas selama peroses pembelajaran berlangsung.
8
Refleksi

Refleksi pada siklus II meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi akhir siklus II, yang digunakan untuk menarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Refleksi ini dilakukan dengan kerjasama siswa antara guru dan mahasiswa peneliti, yang kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan selanjutnya ke siklus selanjutnya.

3.7  Teknik Pengumpulan Data
1.    Tahap persiapan
a.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b.    Menyusun instrumen tes disesuaikan dengan materi disetiap akhir siklus
c.    Menyusun dan mempersiapkan lembaran observasi siswa dan guru.
2.    Tahap pelaksanaan
a.       Berkonsultasi dengan pihak sekolah dan guru mata pelajaran.
b.      Meminta guru lain sebagai pengamat.
c.    Melakukan kolaborasi pembelajaran antara guru dan mahasiswa peneliti dengan menerapkan pendekatan Realistik Mathematics Education (RME).
d.   Memberikan tes akhir di setiap akhir siklus guna mengetahui hasil belajar matematika setelah guru menerapkan pendekatan Realistik Mathematics Education (RME).
3.8  Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis data kuantitatif
Ruseffendi, (1992:328):
Nilai yang diperoleh =   x 100
Kemudian dari hasil tersebut dibagi dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ada pada sekolah.
Tabel. 3.3 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Keterangan
 71
 71
Tuntas
Belum tuntas
Sumber : SMP Negeri 6 Leihitu
Mulyasa, (2003:102):
Ketuntasan belajar klasikal =     x 100 %
Tabel. 3.3 Kriteria Ketuntasan Klasikal
Kriteria Ketuntasan Klasikal
Keterangan
 75
 75
Tuntas
Belum tuntas
















Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1    Hasil Penelitian
4.1.1        Deskripsi Hasil Penelitian
Diawal penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan pihak sekolah dan guru bidang studi matematika. Hal ini dilakukan guna memberikan informasi dan menjelaskan penelitian yang akan dilakukan dengan harapan bawha pihak-pihak bersangkutan dapat membantu dalam memberikan dukungan guna melancarkan penelitian yang dilakukan.
Siklus I
1.      Perencanaan
a.       Pada tahap perencanaan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi membuat model matematika dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi.
b.      Menyiapkan prasarana yang diperlukan.
c.       Membuat alat evaluasi.
2.      Pelaksanaan tindakan
a.       Guru mengelompokan siswa dalam 5 kelompok berdasarkan pilihan guru yang masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.
b.      Guru menyajikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari.
c.       Guru memberikan LKS untuk dibahas seara berkelompok.
d.      Peneliti dan guru mengelilingi dan mengarahkan siswa untuk memberikan bantuan seperlunya.
3.         Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh obsever. Dalam hal ini peneliti bersama guru, sama-sama mengamati jalanya proses yang berlangsung dan mengisi lembar observasi siswa dan guru berdasarkan fakta-fakta pada saat di kelas. Untuk mengetahui terlaksana pembelajaran siswa dan guru ditinjau dengan menggunakan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Pernyataan jawaban Ya mendapat skor 1 (satu) dan pernyataan dengan jawaban tidak mendapat skor 0 (nol). Berikut ini adalah hasil tinjauan pengamatan berdasarkan aspek-aspek dari tiap-tiap pertemuan :
Aspek ke-1 yaitu ; Kemampuan siswa memberikan respon positif dalam menyatakan operasi relasi fungsi melalui pendekatan Realistik mathematics Education (RME). Pada aspek ke-1 terdapat 8 siswa (36,36%) aktif dan 14 siswa (63,64%) tidak aktif.
Sedangkan pada pertemuan kedua mengalami peningkatan yakni terdapat 20 siswa (90,91%) aktif dan 2 siswa (9,09%) tidak aktif dalam pembelajaran
Aspek ke-2 yaitu ; Kemampuan siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kerja kelompok terdapat 8 siswa (36,36%) dan 14 siswa (63,64%) tidak aktif.
Sedangkan pada pertemuan kedua mengalami penurunan dibandingkan dengan pertemuan pertama yakni terdapat 6 siswa (27,27%) yang aktif dalam belajar dan 16 siswa (72,73%) 
Aspek ke-3 yaitu ; Siswa bekerja sama dan membantu dalam kelompok diperoleh 6 siswa (27,27%) aktif dan 16 siswa (72,73%) tidak aktif.
Sedangkan pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, yakni semua siswa (100%) telah aktif bekerja sama.
Aspek ke-4 yaitu ; Siswa berani mengajukan pertanyaan. Dari hasil yang diperoleh untuk mengajukan pertanyaan terdapat 6 siswa (27,27%) aktif untuk mengajukan pertanyaan dan 16 siswa (72,73%) tidak aktif mengajukan pertanyaan.
Sedangkan pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama yakni diperoleh terdapat 14 siswa (63,64%)) yang aktif memberikan pertanyaan dan 8 siswa (36,36%) tidak aktif bertanya
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I-II
Pertemuan
Frekuensi
Aspek
Ke-1
Aspek
Ke-2
Aspek
Ke-3
Aspek
Ke-4
Aktif
I
F
8
8
6
6
Ya
F
14
14
16
16
Tidak
II
F
20
6
22
8
Ya
F
2
16
0
14
Tidak
Sumber : SMP N 6 Leihitu (Lampiran 17-18)
4.      Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir pada siklus I diperoleh terdapat 15 siswa (68,18%) tuntas belajar dan terdapat 7 siswa (31,82%) belum tuntas belajar. Dari hasil evaluasi akhir yang diperoleh pada siklus I untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Presentase Nilai Siklus I
Kriteria Keuntasan Minimal (KKM)
Frekuensi
Ketuntasan Klasikal (%)
Kualifikasi
≥ 71
15
68,18%
Tuntas
< 71
7
31,82%
Belum Tuntas
Sumber : SMP N 6 Leihitu (Lampiran 10)
Berukut ini adalah sajian kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I yang hendak harus diperbaiki diantaranya :  
1.      Guru kurang mengontrol pengaturan manejemen kelas dengan baik
2.      Guru kurang memberikan bimbingan dan motivasi secara merata
3.      Penggunaan waktu yang tidak terkontrol sehingga proses pembelajaran tidak maksimal.
4.      Kurangnnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung.
5.      Kebanyakan siswa belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok.
4.1.2   Presentase ketuntasa klasikal belajar siswa baru mencapai 68,18%. Siklus II
1.    Perencanaan
a.       Pada tahap perencanaan peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi membuat model matematika dari kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan relasi dan fungsi .
b.      Menyiapkan prasarana yang diperlukan.
c.       Membuat alat evaluasi.
2.    Pelaksanaan tindakan
a.       Guru mengelompokan siswa dalam 5 kelompok berdasarkan pilihan guru yang masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.
b.      Guru menyajikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari.
c.       Guru memberikan LKS untuk dibahas seara berkelompok.
d.      Peneliti dan guru mengelilingi dan mengarahkan siswa untuk memberikan bantuan seperlunya.
3.    Observasi
Pengamatan siklus II dilakukan sebagaima pada yang dilaksanakan siklus I yakni peneliti bersama guru, sama-sama mengamati jalanya proses yang berlangsung dan mengisi lembar observasi berdasarkan fakta-fakta  yang terjadi di kelas dengan menggunakan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Berikut ini adalah sajian dari hasil pengamatan siklus II  pada aspek-aspek dari tiap-tiap pertemuan :
Aspek ke-1 yaitu ; Kemampuan siswa memberikan respon positif dalam menyatakan operasi relasi fungsi melalui pendekatan Realistik mathematics Education (RME). Pada saat pembelajaran berlansung setelah guru menyajikan materi yang diajarkan, terlihat seluruh siswa sudah mampu meresponi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran realistik. Hal ini dapat dilihat pada hasil perolehan siswa yang berturut-turut antara pertemuan pertama dan kedua yakni seluruh siswa (100%) aktif dalam proses pembelajaran.
Aspek ke-2 yaitu ; Kemampuan siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kerja kelompok. Pada saat mengerjakan tugas kelompok tampak yang sunggu-sunggu aktif terdapat 14 siswa (63,64%) dan 8 siswa (36,36%)  tidak aktif.
Aspek ke-3 yaitu ; Siswa bekerja sama dan membantu dalam kelompok untuk menemukan solusi, diperoleh seluruh siswa terlibat aktif  untuk membantu dalam memecahkan masalah, hal ini juga terjadi berturut-turut antara pertemuan pertama dan kedua
Aspek ke-4 yaitu ; siswa berani mengajukan pertanyaan. Dari hasil yang diperoleh untuk mengajukan pertanyaan mengalami peningkatan terdapat 9 siswa (86,36%) aktif dan 19 siswa (13,64%) tidak aktif.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I-II
Pertemuan
Frekuensi
Aspek
Ke-1
Aspek
Ke-2
Aspek
Ke-3
Aspek
Ke-4
Aktif
Belajar
I
F
22
14
22
19
Ya
F
0
8
0
3
Tidak
II
F
22
22
22
21
Ya
F
0
0
0
1
Tidak
Sumber : SMP N 6 Leihitu (Lampiran 19-20)
2.      Refleksi
Refleksi pada siklus II meliputi hasil pengamatan siswa dan hasil tes evaluasi akhir siklus II setelah melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan observasi yang digunakan untuk menarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Berdasarkan dari hasil tes akhir siklus II, ternyata siklus II sudah mencapai indikator yang diharapkan, yakni siswa telah mencapai ketuntasan klasikal 75%, dan selain itu juga seluruh siswa telah mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal 71%. Dari hasil evaluasi akhir yang diperoleh pada siklus II lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Presentase Nilai Siklus II
Kriteria Keuntasan Minimal (KKM)
Frekuensi
Ketuntasan Klasikal (%)
Kualifikasi
≥ 71
22
100%
Tuntas
< 71
0
0%
Belum Tuntas
Sumber : SMP N 6 Leihitu (Lampiran 11)
Berdasarkan dari hasil refleksi yang diperoleh diatas menunjukan bahwa ternyata siklus II telah terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Guru telah mengontrol pengaturan manejemen kelas dengan baik yang mana guru telah memberikan bimbingan secara merata dan terus-menerus memotivasi siswa untuk belajar.
1.    Guru telah memberikan bimbingan secara merata dan terus-menerus memotivasi siswa untuk belajar.
2.    Penggunaan waktu dalam pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal, meksipun ada beberapa siswa yang sebelumnya tidak aktif belajar sudah berkurang.
3.    Adanya antusias dan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung.
4.    Keadaan bekerja sama dalam kelompok suda kondusif.
5.    Presentase ketuntasa klasikal belajar siswa telah mencapai  75%. Karena keberhasilan telah tercapai, maka peneliti bersama guru tidak lagi melaksanakan tindakan lanjutan ke siklus selanjutnya. Jadi penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan cukup sampai pada siklus II saja.
4.2      Pembahasan
Untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis tindakan yang telah dikemukakan pada bab-bab diatas sebelumnya, maka pembahasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat di paparkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengamatan dan tes akhir siswa siklus I menunjukan bahwa pertemuan pertama masih ada kekurangan-kekurangan yang di hadapi saat proses belajar di kelas. Hal ini terlihat pada perolehan hasil tes akhir belum tercapai secara maksimal. yakni terdapat 15 siswa (68,18%) tuntas belajar dan terdapat 7 siswa (31,82%) belum tuntas belajar, sehingga kalau di rata-ratakan sebesar 74,61%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan tes akhir siswa siklus II menunjukan bahwa adanya peningkatan hasi belajar siswa. Hal ini dapat di lihat pada perolehan hasil tes akhir siswa, yakni pada ketuntasan klasikal menunjukan bahwa siswa telah mencapai  75%.






















Bab V
Penutup

5.1  Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas diperoleh dan paparan pembahasan di setiap siklusnya maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa melalui pendekatan Realistik Mathematics Education pada materi relasi fungsi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Leihitu dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh  68,18% dan siklus II 100%.

5.2   Saran
1.    Pendekatan Realistik Mathematics Education (RME), sebaiknya dapat dilaksanakan oleh guru matematika dalam membangun suatu konsep dasar matematika dengan penggunaan suatu konteks pada situasi yang nyata, sehingga siswa dapat termotivasi dalam bejajar secara aktif dan dapat menguasai materi dan konsep yang telah diterapkan.
2.    Dalam Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) diperlukan manajemen waktu yang baik, sehingga siswa benar-benar bisa memanfaatkan waktu untuk berdiskusi membahas materi yang dipelajari
3.    Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dapat juga digunakan sebagai variasi pembelajaran pada materi pelajaran lain.
































Daftar Pustaka



Abdurrahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Delphie. B, 2009. Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten: P.T Intan Sejati.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:Depdiknas.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: PT Rineka Cipta
Kasbolah. K, 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Masykur, M, 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Mulyasa, E. 2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Purwanto, 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung.
Sugijono, 2010. Mathematics for Junior High School Grade VIII 1st Semester. KTSP Standar isi 2006. Penerbit Erlangga.
Suharta. 2005. Matematika Realistik Apa dan Bagaimana. (Online).http://www. depdiknas.go.id (diakses pada tanggal 15 September 2007).
Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Suryadi, D dan Ali, 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Terbitan Pertama Cetakan Ketiga Tahun, 2009. Bandung. PT. IMTIMA.
Tantowi. A, 1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Treffers, A. (1987). Three Dimension. A Model of Goal and Theory Description in Mathematics Instruction – The Wiskobas Project. Dordrecht: Reidel Publishing Company.
Uno. B, 2007. Model Pembelajaran: Menetapkan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Van den Heuvel-Panhuizen, M (2000). Mathematics Education in the Netherlands: Aguide Tour. Utrecht: Universiteit Utrecht.
Wijaya, A, 2011. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiwi, 2010. Hakikat Pembelajaran Matematika (Online).http://.wiwi-birulaut.blogspot.com/2010/01/hakikat-pembelajaran-matematika.html, diunduh pada tanggal 3Nopember 2010 pukul 19.00 WIB.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar