RINGKASAN SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI METODE TEKA-TEKI SILANG KONSEP TUMBUHAN PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 TENGAH TENGAH
OLEH
WA MISNA
NPM
2010 15391
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
DARUSSALAM AMBON
RINGKASAN SKRIPSI
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI METODE TEKA-TEKI SILANG KONSEP TUMBUHAN PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 TENGAH TENGAH
OLEH
WA MISNA
NPM
2010 15391
Disetujui Oleh
DAFTAR ISI
Judul dan Identitas Program Studi ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Tim Pembimbing ..................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................................................ iv
BAB I : Pendahuluan ............................................................................................................. 1
BAB II : Tinjauan Pustaka ………………………………………………….................. 3
BAB III : Metode Penelitian …………………………………………………................. 6
BAB IV : Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 9
BAB V : Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka
……………………………............. 18
ABSTRAK
Wa Misna : 201015391, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Melalui Metode Teka Teki Silang Konsep Tumbuhan Pada Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas IV SD Negeri 2 Tengah Tengah”. (Pembimbing I) Ir. Alwi Smith,
M.Si, (Pembimbing II) Farida Bahalwan, S.Pd, M.Pd.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), merupakan salah satu pelajaran inovatif yang merupakan gabungan dari
sains yang pada hakikat intinya sama-sama merangkup atau mempelajari ilmu
pengetahuan alam. Pengelolaan mata
pelajaran IPA khusunya di Sekolah Dasar ialah bertujuan agar siswa dapat
berfikir secara ilmiah dan menerapkan konsep-konsep IPA yang diperoleh dari
sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Upaya peningkatan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar belum sepenuhnya efektif dan efisien jika
penggunaan metode dan perolehan hasil belajar siswa belum tercapai secara
maksimal. Hal ini sejalan dengan permasalahan kesulitan siswa dalam belajar
menguasai IPA pada SD Negeri 2 Tengah-Tengah masih relatif rendah, dimana
banyaknya jumlah siswa yang kurang tertarik utnuk belajar IPA yang disebabkan
tingkat minat baca siswa rendah, serta ketergantungan siswa dalam belajar
terhadap guru. Oleh karenanya perlu diberikan penekanan yang dapat meningkatkan
minat baca siswa serta menanamkan kertampilan berpikir kritis. Prosesnya
pembelajaran siswa diorentasikan dalam sebuah permainan yang dikemas menjadi
proses mengkontruksi dan bukan menerima pengetahuan. Memberikan tugas membaca untuk
mencari informasi khususnya tentang IPA, merupakan salah satu cara untuk
membiasakan siswa belajar. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajara IPA
adalah teka-teki silang (TTS). Penggunaan metode teka-teki silang (TTS) dalam
pembelajaran IPA merupakan suatu metode pembelajaran yang diorentasikan pada
sebuah permainan yang dapat meningkatnyan minat baca siswa dengan cara mencari jawaban
atas pertanyaan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang membentuk kotak dengan
huruf-huruf, sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk pada
posoisi mendatar atau menurun dengan bantuan yang ada. Tujuan pada penelitian
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA konsep tumbuhan metode
teka-teki silang siswa kelas IV SD Negeri 2 Tengah-Tengah. Tipe penelitian ini
menggunakan penelitian deskritif, yaitu untuk mengetahui proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode teka-teki silang. Penelitian dengan metode teka-teki
silang (TTS) dapat dilihat melalui
hasil perhitungan Nilai Akhir (NA) bahwa 20 siswa (83,3%) dengan kualifikasi tuntas dan 4 siswa
(18,7%) dengan kualifikasi belum tuntas. Dari hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil
belajar siswa setelah menerapkan metode Teka-Teki
Silang (TTS) konsep tumbuhan pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 2 Tengah-Tengah.
Kata Kunci : Teka-Teki
Silang (TTS), Hasil Belajar, Konsep Tumbuhan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), merupakan salah satu pelajaran inovatif yang merupakan gabungan dari
sains yang pada hakikat intinya sama-sama merangkup atau mempelajari ilmu
pengetahuan alam. Pengelolaan mata
pelajaran IPA khusunya di Sekolah Dasar ialah bertujuan agar siswa dapat
berfikir secara ilmiah dan menerapkan konsep-konsep IPA yang diperoleh dari
sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan tugas membaca untuk
mencari informasi khususnya tentang IPA, merupakan salah satu cara untuk
membiasakan siswa belajar baik dalam kelompok maupun sendiri dan sekaligus meningkatnya
minat baca mereka. Penggunaan metode teka-teki silang dalam
pembelajaran IPA merupakan suatu metode pembelajaran yang diorentasikan pada
sebuah permainan yang dapat meningkatnyan minat bacaan siswa dengan
cara mencari jawaban atas pertanyaan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang
membentuk kotak dengan huruf-huruf, sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai
dengan petunjuk pada posoisi mendatar atau menurun dengan bantuan yang ada.
Mengingat
siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Tengah-Tengah yang selama ini kemampuan siswanya
secara heterogen perlu adanya perhatian dan penekanan yang dapat meningkatkan minat
baca siswa serta menanamkan kertampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar
yang di capai akan dapat tercapai cecara maksimal.
Dari uraian
diatas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul
“Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Teka Teki Silang Konsep Tumbuhan
Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Tengah Tengah”.
1.2. Rumusan
Masalah
Apakah dengan mengunakan motode
teka-teki silang dapat meningkatkan hasil belajar IPA Konsep Tumbuhan Siswa
Kelas IV SD Negeri 2 Tengah-Tengah ?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA konsep
tumbuhan metode teka-teki silang siswa kelas IV SD Negeri 2 Tengah-Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Siswa
a.
Dapat dijadikan sebagai dasar untuk
meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat menambah peningkatan prestasi
belajar yang lebih baik.
b.
Pembelajaran akan lebih menarik dan
tidak membosankan bagi siswa.
c.
Meningkatkan aktifitas siswa dalam
proses pembelajaran.
d.
Dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.
2.
Bagi Guru
a.
Membantu guru dalam meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar.
b.
Guru dapat mengembangkan kemampuan
merencanakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
materi ajar dan kebutuhan siswa.
c.
Memberikan pengalaman dan tambahan wawasan
bagi guru tentang model pembelajaran yang inovatif.
3.
Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam mengembangkan dan menerapkan
metode teka-teki silang sebagai jembatan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
1.5. Penjelasan Istilah
1. Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan yang telah dicapai
oleh siswa setelah mengikuti program belajar yang dibuktikan dengan nilai yang
diperoleh melalui hasil tes (Sardiman, 2006).
2.
Metode teka-teki
silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang
kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang
sesuai dengan petujuk (Hidayati, 2009)
3.
Konsep tumbuhan adalah pembelajaran IPA
Sekolah Dasar terhadap bagian-bagian tertentu pada struktur dan fungsi bagian tumbuhan. (Haryanto, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan, (Logan, dkk, 1976) dalam
Sia Tjundjing (2001:70).
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Makna yang lebih
kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, (Subiyanto, 2007)
2.2. Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri
belajar, Asri Budiningsih, 2002 :78-79 sebagai berikut:
- Siswa berpartisipasi aktif meningkatkan minat dan tercapainya tujuan instruksional.
- Adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan.
- Belajar merupakan proses berkelanjutan hingga mendapat pengertian yang mendalam, sehingga hasil belajar itu diterima oleh peserta didik apabila memberi kepuasan pada kebutuhanya dan berguna serta bermakna baginya.
- Mengembangkan kemampuan siswa kearah lebih maju dan baik, hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.
2.3. Hasil
Belajar
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
1. Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual yang mencakup jenjang:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Aspek
afektif adalah peraan emosi atau nilai. Afektif memilki jenjang, yakni :
penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pemeran.
3. Aspek
psikomotorik. Aspek psikomotorik memiliki jenjang, yakni: persepsi, kesiapan,
respon, mekanisme, respon kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
2.4.
Tujuan Pembelajaran IPA
Tinjauan
utama pendidikan IPA ialah agar siswa memahami konsep-konsep IPA yang sederhana
dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap
ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari
kebesaran dan kebiasaan pencipta alam semesta (Hadiat, 1996;2).
2.5. Pengertian Teka-Teki
Silang
Dalam buku Tell Me When
– Science and Technology, teka-teki
silang pertama kali muncul di suratkabar New York World pada tanggal 21
Desember 1913. Teka-teki silang pertama ini disusun oleh Arthur Winn yang
diterbitkan pada lembar tambahan edisi hari minggu surat kabar.
Dalam pembelajaran, teka-teki silang merupakan sebuah
permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk
kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan
petujuk.
2.6.
Teka-Teki Silang Sebagai Media Pembelajaran
Teka-teki silang akan dijadiakn media pembelajaran peserta
didik , mengingat karakteristik permainan TTS yang mudah dan menyenangkan,
diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran selain itu karakteristik
peserta didik yang umumnya senang untuk diajak bermain.
(Anitah Sri, 2010)
Langkah-Langkah Teka-Teki Silang Dalam Pembelajaran Sebagai Berikut :
1. Menugaskan siswa untuk membaca buku paket pegangan siswa (materi topok
yang akan dibahas pada TTS)
2. Kontes pengisian TTS dengan batasan-batasan waktu (boleh buka buku)
3. Ketika memperoleh jawaban TTS dari buku paket, maka setiap
jawaban pada buku paket tersebut harus digaris bawahi dengan pensil atau
stabilo (untuk belajar dalam persiapan menghadapi assesmen kompetensi dasar
tersebut)
4. Saat mengerjakan TTS, siswa bebas melakukan dengan cara masing-masing
dengan sumber-sumber belajar yang tersedia di kelas. (tidak mencontek, tidak
tanya teman tetapi melihat/membaca buku, dan sumber yang tersedia. Guru
memastikan bahwa jawaban ada pada sumber-sumber belajar yang tersedia.
5. Usai mengerjakan, hasil pekerjaan dikumpulkan dan langsung diadakan
koreksi , sambil menyampaikan jawaban benar atas pertanyaan TTS. Pada saat ini
dapat diadakan dialog untuk memecahkan persoalan kesulitan siswa dalam proses
mengisi TTS-nya, serta penjelasan tentang hal-hal yang tidak dipahami siswa.
6. Guru memberikan nilai/skor dan didokumentasi sebagai hasil unjuk kerja
belajar siswa (dimasukan ke nilai tugas).
7. Guru siswa bersepakat mengenai waktu Uji Kompetensi untuk menguji apakah
siswa telah menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Bentuk Uji Kompetensinya
dapat berupa TTS juga, dengan format TTS yang berbeda dan di batasi dengan
waktu serta tutup buku (close book).
8. Hasil assesment dapat memberi gambaran seberapa penguasaan siswa atas
kompetensi yang telah di pelajari.
Widyarso
A, 2008
Kelebihan dan Kekurangan Metode Teka-Teki Silang
A. Kelebihan
a. Peserta didik lebih aktif dan kreatif untuk harus berfikir untuk mencari
mencari jawaban
b. Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebab dalam
mengisi TTS kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori
otak kuat,.
c. Mencegah kepikunan dini.
B. Kekurangan
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Materi-materi yang berupa menjelaskan atau memaparkan tidak dapat
dijadikan bahan TTS., (Hidayati, 2009).
2.7.
Ruang Lingkup Materi
Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskritif, yaitu
untuk mengetahui proses belajar mengajar dengan menggunakan metode teka-teki
silang.
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri 2 Tengah-Tengah Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
b. Waktu
Penelitian ini berlangsung sejak tanggal 4 -
30 November 2013.
3.3.
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Tengah-Tengah yang berjumlah 24 orang.
3.4.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu
hasil belajar IPA konsep tumbuhan dengan menggunakan metode teka-teki silang.
3.5.
Instrumen Penelitian
1. Tes
merupakan metode pengumpulan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses (post-test). Metode tes ini digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa terkait pembelajaran IPA konsep tumbuhan.
2. Observasi
ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan afektif dan
psikomotor siswa terhadap fenomena yang diteliti.
3. Angket
merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan untuk
dijawab oleh siswa.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
1.
Perangkat
tes yang dilaksanakan berdasarkan indikator materi yang telah di terapkan
2.
Perangkat
observasi pengamatan afektif dan psikomotor yang digunakan untuk mengetahui
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
3.
Perangkat
angket sebagai respon siswa terkait
metode yang diterapkan
3.7.
Prosedur
Penelitian
1. Tahap
persiapan
a. Menyusun
program RPP
b. Menyusun
Instrumen Penelitian
2. Tahap
pelaksanaan
a. Pembelajaran
b. Memberikan
angket pada siswa untuk mendapatkan data terhadap pembelajaran IPA konsep
tumbuhan dengan menggunakan metode
teka-teki silang siswa kelas IV SD Negeri Tengah-Tengah
c. Melakukan
dokumentasi dan observasi.
3.8. Teknik
Analisis Data
Nilai =
x 100
(Arikunto,
2009: 245) :
Tabel
3.1 Pedoman penilaian Acuan Patokan (PAP)
Interval
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Kualifikasi
|
85 – 100
75 – 84
65 – 74
54 – 64
0 - 53
|
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
Arikunto,
2010 : 45
Rumus Nilai Akhir (NA) dapat dilihat sebagai berikut :
NA
=
Keterangan :
NA = Nilai Akhir
K = Nilai Kognitif
A = Nilai Afektif
P = Nilai Psikomotor
Nilai Akhir (NA) diketahui, selanjutnya dikovirmasikan
berdasarkan tingkat pencapaian Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah
sebagai berikut;
Tabel
3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal
|
Kualifikasi Nilai
Akhir (NA)
|
65
|
Tuntas
|
65
|
Belum Tuntas
|
Sumber : SDN 2
Tengah-Tengah
Tabel
3.3 Kriteria Interpretasi Skor Angket
Nilai
Angka
|
Predikat
|
0 - 20
21 - 40
41 - 60
61- 80
81 - 100
|
Sangat Lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat Kuat
|
(Ridwan, 2009:89)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini diawali
dengan kegiatan observasi awal dan kegiatan wawancara dengan guru bidang studi
kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tengah-Tengah.
4.2
Deskripsi Kemampuan Kognitif
Tabel 4.1 Presentase
Kemampuan Tes Awal
Interval
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Kualifikasi
|
|
85 – 100
75 – 84
65 – 74
54 – 64
0 - 53
|
0
0
0
0
24
|
0%
0%
0%
0%
100%
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
|
|
24
|
100
|
|
Tabel 4.2
Presentase Kemampuan Tes Akhir
Interval
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Kualifikasi
|
85 – 100
75 – 84
65 – 74
54 – 64
0 - 53
|
4
7
9
4
0
|
16,7%
29,2%
37,5
16,7%
0%
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
|
24
|
100
|
|
Sumber : Hasil Penelitian Pada SDN 2 Tengah-Tengan (Lampiran
8) 2013
Berdasarkan hasil perolehan pada Tabel 4.2, menjukkan bahwa terdapat 4
siswa (16,7%) dengan kualifikasi sangat baik atau tuntas, 7 siswa (29,2%)
dengan kualifikasi baik atau tuntas, 9 siswa (37,5%) dengan kualifikasi cukup
atau tuntas, 4 siswa (16,7%) dengan kualifikasi kurang atau belum tuntas dan
tidak ada siswa dengan kualifikasi gagal atau belum tuntas.
4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Dalam Kerja Kelompok
Tabel 4.3 Kualifikasi Pengusaan Hasil
Kerja Kelompok
Kelompok
|
Jumlah Siswa
|
Pertemuan
01
|
Kualifikasi
|
Pertemuan
02
|
Kualifikasi
|
Nilai
|
Nilai
|
||||
I
|
5
|
70
|
Baik
|
90
|
Sangat Baik
|
II
|
4
|
80
|
Baik
|
100
|
Sangat Baik
|
III
|
5
|
60
|
Cukup
|
80
|
Baik
|
IV
|
5
|
80
|
Baik
|
100
|
Sangat
Baik
|
V
|
5
|
70
|
Cukup
|
90
|
Sangat Baik
|
4.4. Deskripsi Kemampuan Pengamatan Siswa Selama
Proses Pembelajaran
A. Kemampuan Afektif Siswa
Tabel 4.4 Data Kemampuan Afektif siswa Pada
Pertemuan I-II
Interval
|
Pertemuan
I
|
Pertemuan
II
|
Kualifikasi
|
||
Frekuensi
|
Presentase
|
Frekuensi
|
Presentase
|
||
85
– 100
75
– 84
65
– 74
54
– 64
0
- 53
|
0
11
6
6
1
|
0%
45,8%
25%
25%
4,2%
|
12
11
1
0
0
|
50%
45,8%
4,2%
0%
0%
|
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
24
|
100
|
24
|
100
|
Tabel 4.5 Rata-rata Kemampuan
Afektif
Interval
|
Rata-rata
Afektif
|
Kualifikasi
|
|
Frekuensi
|
Presentase
|
||
85
– 100
75
– 84
65
– 74
54
– 64
0
- 53
|
5
10
7
2
0
|
20,8%
41,7%
29,2%
8,3%
0%
|
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
24
|
100
|
B.
Kemampuan Psikomotor Siswa
Tabel 4.6 Data
Kemampuan Psikomotor Siswa Pada Pertemuan I-II
Interval
|
Pertemuan
I
|
Pertemuan
II
|
Kualifikasi
|
||
Frekuensi
|
Presentase
|
Frekuensi
|
Presentase
|
||
85
– 100
75
– 84
65
– 74
54
– 64
0
- 53
|
0
9
6
7
2
|
0%
37,5%
25%
29,2%
8,3%
|
10
12
2
0
0
|
41,7%
50%
8,3%
0%
0%
|
Sangat
Baik
Baik
Cukup
kurang
Gagal
|
24
|
100
|
24
|
100
|
Tabel 4.7 Rata-rata Kemampuan Psikomotor
Interval
|
Rata-rata Psikomotor
|
Kualifikasi
|
|
Frekuensi
|
Presentase
|
||
85
– 100
75
– 84
65
– 74
54
– 64
0
- 53
|
4
11
6
3
0
|
16,7%
45,8%
25%
12,5%
0%
|
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
|
24
|
100
|
4.5
Deskripsi Kemampuan Nilai Akhir (NA)
Hasil nilai akhir (NA) siswa dari keseluruhan aspek-aspek pembelajaran
dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut ;
Tabel
4.8 Presentase Pencapaian Nilai Akhir (NA)
Kriteria Ketuntasan Minimal
|
Frekuensi
|
Presentase
|
Kualifikasi Nilai Akhir (NA)
|
65
|
20
|
83,3%
|
Tuntas
|
65
|
4
|
16,7%
|
Belum Tuntas
|
4.6
Deskripsi
Tanggapan Siswa Terhadap Angket Terkait Metode TTS
Tabel
4.9 Hasil Tanggapan Angket Siswa
Pertanyaan
|
Frekuensi
|
||||
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
|
Angket A
|
23
(95,8%)
|
1
(4,2%)
|
0
|
0
|
0
|
Angket B
|
15
(62,5%)
|
8
(33,3%)
|
1
(4,2%)
|
0
|
0
|
Angket C
|
8
(33,3%)
|
12
(50%)
|
4
(16,7%)
|
0
|
0
|
Angket D
|
14
(58,3%)
|
10
(41,7%)
|
0
|
0
|
0
|
Angket E
|
9
(37,5%)
|
12
(50%)
|
3
(12,5%)
|
0
|
0
|
Angket F
|
14
(58,3%)
|
10
(41,7%)
|
0
|
0
|
0
|
Angket G
|
8
(33,3%)
|
13
(54,2%)
|
3
(12,5%)
|
0
|
0
|
Angket H
|
11
(45,8%)
|
13
(54,2%)
|
0
|
0
|
0
|
Sumber : Hasil
Penelitian Pada SDN 2
Tengah-Tengan (Lampiran 27) 2013
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan dari hasil perolehan pada
tes awal siswa yang diperoloh menunjukkan bahwa tidak ada siswa dengan
perolehan sangat baik, baik, cukup atau (tuntas), kurang, dan 24 siswa (100%)
dengan kualifikasi gagal atau (belum tuntas). Hal ini sejalan dengan pendapat
Subroto (2002) yang menyatakan bahwa nilai yang diperoleh adalah nol atau hanya sedikit saja yang
menjawab dengan benar. Dari hasil yang diperoleh dapat memberikan indikasi bahwa
keberhasilan hasil belajar siswa masih jauh di bawah ketuntasan yang
diharapkan. Hal ini wajar dikarenakan siswa belum diberikan muatan berupa
pembelajaran dalam penyelesaian soal yang diberikan, serta siswa tidak memiliki
kesiapan sebelum mengikuti pembelajaran.
A.
Penilaian
Kognitif
Menurut Subroto (2002) menyampaikan bahwa tes akhir
adalah tes yang diberikan pada siswa setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuan
dari tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan daya ingat
siswa terhadap pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Berdasarkan hasil perolehan tes akhir
dari hasil analisis pekerjaan siswa konsep tumbuhan dengan metode TTS menunjukan
bahwa terdapat 4 siswa (16,7%) yang
mencapai kualifikasi sangat baik atau tuntas, 7 siswa (29,2%) dengan
kualifikasi baik atau tuntas, 9 siswa (35,5%) dengan kualifikasi cukup atau
tuntas dan 4 siswa (16,7%) dengan kualifikasi kurang atau belum tuntas. Dari
hasil tersebut menujukkan adanya penigkatan pada hasil belajar siswa dari nilai
tes awal sebelumnya. Hal yang menjadikan peningkatan tersebut karena
pembelajaran dengan metode TTS mampu mengurangi kejenuhan siswa ketika belajar karena
adanya pembelajaran yang menyenangkan yang melibatkan siswa untuk mengasah
kemampuan berfikir, dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar,
menimbulkan minat baca mereka untuk terlibat aktif dalam pembelajaran baik secara
individu maupun diskusi kelompok, karena dengan metode TTS merupakan
pembelajaran yang memberikan nuansa bermain untuk siswa, sehingga secara tidak
sadar siswa telah melakukan proses pembelajaran dan akan mempermudah siswa
dalam memahami konsep pelajaran yang dibahas. Selain itu juga meode TTS dapat
meransang siswa berfikir kritis dan kreatif dalam menghubungkan kotak-kotak
yang saling berhubungan sehingga merangsang daya nalar siswa dalam menjawab sehingga
pemahaman konsep pelajaran lebih lama diingat oleh siswa, seperti yang dijelaskan
oleh Suyatno, (2008) bahwa mengajar dengan teka-teki silang dikelas terutama
untuk menguatkan pencantolan konsep ke dalam memori.
B.
Penilaian
Afektif
Sesuai dengan perolehan pengamatan pada aspek afektif
pertemuan pertama tidak ada siswa yang mencapai nilai dengan
kualifikasi sangat baik, 11 siswa (45,8%) dengan kualifikasi baik, 6 siswa
(25%) dengan kualifikasi cukup, 6 siswa (25) dengan kualifikasi kurang dan 1
siswa (4,2%) dengan kualifikasi gagal. Dari perolehan pengamatan afektif pada
pertemuan pertama dapat disimpulkan bahwa ada siswa yang mampu menanggapi pembelajaran
dengan antusias namun ada siswa yang kurang mampu menanggapi pembelajaran
dengan antusias, hal ini karena siswa belum terbiasa dengan menggunakan metode
teka teki silang selain itu siswa belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok,
siswa belum berani mengungkapkan pendapat pada saat diskusi kelompok,
ketertiban dalam kelas belum kodusif. Pengamatan afektif pertemuan pertama
menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Pengamatan afektif siswa dikatakan berhasil jika kemampuan siswa mampu
menanggapi pembelajaran berdasarkan aspek-aspek yang di teliti.
Sedangkan pada pertemuan kedua pengamatan aspek afektif
diperoleh bahwa terdapat 12 siswa (50%) dengan kualifikasi sangat baik, 11
siswa (45,8%), dengan kualifikasi baik, 1 siswa (4,2%) dengan kualifikasi cukup
dan tidak terdapat siswa dengan kualifikasi, kurang atau gagal. hal ini karena
sebagian besar siswa telah mampu menanggapi pembelajaran dengan antusias namun
ada pula sebagian kecil siswa yang kurang mampu menanggapi aspek-aspek
pembelajaran.
Pengmatan afektif siswa pada
pertemuan pertama hingga pertemuan kedua ternyata, pada pertemuan kedua
menunjukan adanya peningkatan terhadap aspek-aspek yang diteliti. Ini berarti
adanya interaksi kelompok dan kemandirian siswa dalam menggali informasi saat
proses belajar mengajar mereka telah terlibat aktif dan antusias selama
mengikuti proses pembelajaran IPA, sehingga peningkatan tersebut akan berdampak
pula pada peningkatan hasil belajar kognitifnya. Hal ini senada yang
diungkapkan oleh Widyarso A, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan menggunakan
teka-teki silang, presentase keterlibatan siswa dalam belajar akan menjadi
tinggi, karena guru telah membangun pemahaman siswa dari pengalaman belajarnya
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan dari mengamati menjadi memahami,
menemukan jawaban dengan berpikir kritis melalui ketrampilan berlajarnya.
C.
Penilaian Psikomotor
Pengamatan psikomotor merupakan salah satu aspek
penilain yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai pembelajaran
yang dimaksud. Pelaksanaan aspek psikomotor diambil berdasarkan fakta-fakta
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu ; Kecepatan siswa mengerjakan
soal TTS yang diberikan tepat dengan waktu yang ditentukan terkait dengan
konsept tumbuhan, ketetapan siswa menjawab pertanyaan TTS dengan baik dan benar
terkait dengan konsep tumbuhan, kemampuan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan kemampuan menyimpulkan materi dengan lengkap terkait dengan konsep tumbuhan.
Sesuai
dengan pengamatan psikomotor menunjukan bahwa pertemuan pertama bahwa
tidak ada siswa yang mencapai nilai dengan kualifikasi sangat baik, 9 siswa
(37,5%) dengan kualifikasi baik, 6 siswa (25%) dengan kualifikasi cukup, 7
siswa (29,2%) dengan kualifikasi kurang dan 2 siswa (8,3%) dengan kualifikasi
gagal. Perolehan pengamatan psikomotor siswa pada pertemuan pertama dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kurang tepat mengerjakan soal teka-teki
silang sesuai dengan waktu yang ditentukan, siswa kurang mampu menjawab
pertanyaan teka- teki silang dengan baik dan benar, siswa kurang mampu
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, siswa kurang mampu menyimpulkan
materi dengan lengkap. Pertemuan pertama menujukkan bahwa terdapat
kekurangan-kekurangan yang diperoleh siswa disetiap aspeknya hal ini
dikarenakan pembelajaran IPA dengan menggunkan metode teka-teki silang belum
pernah diterapkan, sehigga pada lembaran kerja TTS siswa cenderung malas
membaca untuk mencari jawaban, siswa kurang mampu dan masih malu terhadap teman
maupun guru dalam menjelaskan pelajaran, dan yang lebih sering pembelajaran
mandiri. Pengamatan psikomotor siswa dikatakan berhasil jika kemampuan siswa
mampu menanggapi pembelajaran berdasarkan aspek-aspek yang diteliti.
Sedangkan pada pertemuan kedua pengamatan psikomotor
bahwa terdapat 10 siswa (41,7%) dengan kualifikasi sangat baik, 12 siswa (50%)
dengan kualifikasi baik, 2 siswa (8,3%) dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada
siswa dengan kualifikasi kurang atau gagal. Penilaian psikomotor pada pertemuan
kedua menunjukan sebagian besar siswa mampu menanggapi aspek –aspek yang
diteliti dengan antusias, namun ada juga sebagian siswa yang kurang mampu
menanggapai aspek-aspek dengan antusias.
Walaupun aspek psikomotor pada pertemuan kedua masih ada
beberapa siswa yang kurang mampu menguasai semua aspek yang diteliti, namun pada
pertemuan kedua menunjukan adanya peningkatan jika dilihat dari pertemuan
pertama. Dengan kata lain bahwa siswa telah mengalami perubahan, dimana siswa
telah banyak mengetahui, memahami dan memperoleh pengetahuan penting dari
pengalaman belajarya. Dengan demikian siswa akan dapat memperbaiki kesalahan dalam
meningkatkan pengetahunnya atau mengalami perubahan di setiap kegiatan
pembelajaran. Dari hal inilah yang merupakan salah satu pemicu meningkatnya
ketrampilan berpikir siswa, dimana metode TTS juga menerapkan bagian dari metode
inquiri. Metode Inquiri menurut (Alfred Novak dalam Haury : 1993) inquiri
merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Ini berarti
dari peningkatan tersebut berkaitan dengan aktivitas dan ketrampilan aktif yang
terfokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin
tahu.
D.
Nila Akhir
(NA)
Nilai Akhir (NA) yang dimaksud. Nilai kognitif (50%) yaitu
nilai yang diperoleh melalui tes akhir, nilai afektif (25%) yaitu nilai
rata-rata yang diperoleh memaluli penilaian proses pengamatan pertemuan I-II
dan, nilai psikomotor (25%) yaitu nilai rata-rata yang diperoleh melalui
penilaian proses pengamatan pertemuan I-II.
Sesuai dengan hasil perolehan Nilai Akhir (NA)
menunjukkan banhwa terdapat 20 siswa (83,3%) dengan kualifikasi tuntas dan
terdapat 4 siswa (18,7%) dengan kualifikasi belum tuntas.
E.
Hasil Angket
Dengan pemberian aknget ini akan diketahui minat atau
kesulitan siswa dalam menerima suatu metode dan materi pembelajaran yang
diterapkan guru, sehingga dapat membantu guru kedepannya dalam menetapkan atau
mencari solusi yang tepat serta sesuai dengan karakteristik metode dan materi
yang diberikan. Selain itu juga pemberian angket ini juga merupakan suatu kegiatan
penilaian yang berkaitan dengan TTS, seperti yang diungkapkan oleh Asmawi
Zainul (1995 : 5) bahwa penilaian adalah suatu proses untuk menambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Tes dapat didefinisikan
sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik
yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar (Asmawi Zainul (2001 : 8).
Berdasarkan hasil tanggapan angket menunjukan bahwa
terdapat (53,1%) dengan jawaban Sangat Setuju (SS), (41,1%) dengan jawaban
Setuju (S), (5,7%) dengan jawaban Ragu-ragu (R) dan tidak ada siswa dengan tanggapan
Tidak Setuju (ST) atau Sangat Tidak Setuju (STS). Dengan melihat dari hasil
angket tanggapan siswa dengan metode TTS dalam pembelajaran IPA konsep tumbuhan
dapat memberikan indikasi yang baik. Artinya tanggapan siswa terhadap angket
pada metode TTS terdapat kesesuaian dengan perolehan hasil belajar siswa, yakni
dengan metode TTS telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode
teka-teki silang konsep tumbuhan pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tengah-Tengah, hal ini dapat
dilihat melalui pada perhitungan Nilai Akhir (NA) bahwa terdapat 20
siswa 83,3% tuntas belajar dan terdapat 4 siswa 18,7%) belum tuntas belajar.
5.2.
Saran
1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
teka teki silang akan lebih baik jika di fasilitasi dengan seperangkat
pembelajaran yang memadai, sehingga siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya
dan ketrampulan berfikirnya.
2. Bagi guru, agar sebelum menyajikan
pembelajaran kepada siswa, hendaknya lebih selektif dalam memilih metode, maupun
media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, agar siswa tidak merasa
bosan dan yang lebih penting lagi agar pembelajaran yang diajarkan dapat
dipahami dengan baik.
3. Dengan melihat hasil belajar dan tanggapan
respon siswa terhadap angket yang diberikan maka kedepanya penerapan dengan
metode TTS pada pembelajaran IPA hendaknya akan digunakan dalam pembelajaran
sehingga akan membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik serta
menjadi guru IPA yang kreatif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah S, 2010. Media
Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka.
Arikunto S.
2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Asri,
Budiningsih, 2002. Teori-teori Belajar.
Bandung : Rosdakarya.
Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Bloom, 2008. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dapertemen Pendidikan Nasional.
(2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Hadiat. 1996. Alam Sekitar Kita 2.
Jakarta: Depdikbud.
Haryanto, 2007. Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta. Gelora Aksara Prtama :
Penerbit Erlangga.
Haury. 1993. Membuat Kuis Teka-Teki Silang. (2008) [Online]. Tersedia : Http://www.psb-psma.org/content/blog/2008.
Hidayati N, 2009. Manfaat
Teka-Teki Silang Sebagai Penambah Wawasan dan Mengasah Kemampuan. Diaskes
November 13, 2009 at 12:31.
Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Masidjo. A.,1995, Pengantar Evaluasi
Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta.
Mudzakir A. 1997. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ridwan, 2009. Belajar Muda Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Alfa Beta. Bandung.
Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan
Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima
Vol.17 no.1.
Simonson, M (1956). Sistem Instruksional dan Desain
melalui Pendidikan Jarak Jauh.
Subiyanto. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya : UNESA Universitas Press.
Subroto,
2002. Proses Belajar Mengajar Disekolah.
Rhineka Cipta : Jakarta .
Sadirman. A. M., 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Edisi 1-13, Gravindo Persada, Jakarta.
Suyatno,
2008. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.
,2001. Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Widyarso A, 2008. Belajar IPS Dengan Teka-Teki Silang (TTS).
(http://www.smk3ae.wordpress.com.alm.html/16-10-2008).
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
Zainul
A, 2001. Penelitian Hasil Belajar.
Jakarta. Dirjen Dikti Depdikbud.